PARBOABOA, Jakarta- Perkampungan Lubang Buaya sudah sangat lekat dengan peristiwa berdarah G30S/PKI atau dikenal juga dengan peristiwa Gestapu Gerakan 1 Oktober.
Penelusuran redaksi Parboaboa, Sabtu (25/02/2023), di perkampungan tersebut kini dijadikan Museum Pemberontakan Komunis, lengkap dengan sumur tua yang dijadikan tempat pembuangan jenazah 6 Jenderal 1 Perwira korban fitnah dan kebiadaban PKI.
Menurut Penggiat Sejarah, Beny Rusmawan pada pergolakan politik era 1960-an Indonesia memasuki era sulit yang didominasi Partai Komunis Indonesia, Partai Masyumi, dan Tentara Nasional Indonesia.
Ketiga komponen itu secara langsung dan tidak langsung berlomba-lomba mendapatkan dukungan penuh dari Presiden RI Pertama Ir. Soekarno.
“Kondisi politik Indonesia di era 60-an sangat panas, persaingan PKI dengan TNI makin tahun semakin panas dan memuncak di pertengahan 1965, dimana kondisinya ,muncul fitnah ke publik bahwa ada isu Dewan Jenderal di kubu TNI yang ingin mengkudeta Presiden dan saat itu para pemerhati politik menduga hal ini adalah ulah PKI,” tutur Beny.
Pemilihan kampung Lubang Buaya sendiri sebenarnya difungsikan untuk pelatihan militer oleh angkatan Udara bagi para simpatisan dan para relawan misi ganyang Malaysia.
Tidak ada yang menyangka bahwa kegiatan pelatihan militer para relawan tersebut digunakan basis PKI untuk merencanakan pembunuhan lawan politiknya yaitu kubu para petinggi TNI.
“Perkampungan Lubang Buaya merupakan perkampungan terpencil yang dikuasai oleh AURI saat ini TNI AU kegiatan di perkebunan karet Lubang Buaya takhayul adalah pelatihan militer atas perintah.
Presiden Soekarno dalam misi penyerangan ke Malaysia, namun dibalik pelatihan itu ada siasat jahat untuk menculik, dan membunuh para petinggi TNI yaitu Panglima dan para staf-stafnya,” ujarnya.
“Pada malam yang sudah ditentukan yaitu malam Jumat 3 September 1965 dalam beberapa rapat komando yang dilakukan dewan revolusi dari Comite Central (CC) PKI yang dipimpin Letnan Kolonel Untung Syamsuri dan Wakil gerakan Brigjen Soepardjo yang merencanakan menculik ke 7 Jenderal pimpinan TNI yaitu, Jenderal Nasution, A Yani, Mt Haryono, Di Panjaitan, S Parman, Soeprapto, Soetoyo"
"Rencananya ke 7 Jendral ingin mereka hadapkan kepada Presiden Soekarno untuk mengklarifikasi keterkaitan isu Dewan Jenderal namun pada akhirnya nasib mereka diculik dan dibawa ke Perkampungan Lubang Buaya untuk dieksekusi dan di masukan kedalam sumur maut yang terletak di wilayah perkebunan karet lokasi markas dewan revolusi,” sambungnya.
Dari pantauan Parboaboa, saat ini lokasi sumur yang berdekatan dengan rumah Haji Suaib dan digunakan dalam gerakan 1 Oktober tersebut kini telah dibangun gebyok dan dirawat secara intensif agar situs yang merupakan saksi bisu kekejaman pemberontakan Komunis di Indonesia tak dilupakan dalam sejarah.
“Saat ini Museum Pemberontakan Komunis dikelola oleh TNI AD guna menjadi persembahan dan penghargaan bagi pahlawan revolusi dan keluarga besarnya,” tutupnya.