PARBOABOA, Jakarta - Kementerian Luar Negeri RI (Kemlu RI) mengumumkan bahwa terdapat tiga negara yang menunjukkan minat untuk menjadi mitra Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN).
Menurut Direktur Kerja Sama ASEAN Kemlu RI, Sidharto Suryodipura, ketiga negara tersebut adalah Arab Saudi, Panama, dan Spanyol.
"Tadi para senior membahas kesiapan negara lain yang akan aksesi di tahun ini, yang sudah siap itu Arab Saudi, Panama dan Spanyol," tutur Sidharto dalam konferensi pers di media center konferensi tingkat tinggi (KTT) ASEAN di Hotel Bintang Flores, Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur, pada Senin (8/5/2023) malam.
Sidharto menjelaskan bahwa untuk menjadi mitra ASEAN, negara-negara tersebut harus menandatangani Traktat Persahabatan dan Kerja Sama Mitra ASEAN (Treaty of Amity and Cooperation in Southeast Asia/TAC).
Selaku ketua ASEAN tahun ini, kata dia, maka Indonesia akan mengkoordinir ketiga negara itu untuk menandatangani kesepakatan tersebut.
"Setiap tahun ada negara lain yang ingin menjadi pihak pada Traktat tersebut dengan menandatangani instrumen aksesi," jelasnya.
Dalam keketuaan ASEAN tahun ini, Indonesia mengusung tema ‘ASEAN Matters: Epicentrum of Growth’. Setidaknya ada tiga pilar utama yang akan ditekankan dalam keketuaan tersebut.
Pilar pertama adalah ASEAN Matters. Dalam pilar ini, Indonesia ingin agar ASEAN tetap relevan, mampu menghadapi tantangan ke depan, menjadi motor stabilitas, dan perdamaian di Kawasan.
Kemudian pilar kedua adalah Epicentrum of Growth. Di sini, Indonesia ingin ASEAN terus memperkuat kerja sama konkret dan melaksanakan berbagai kerja sama, sehingga memberikan manfaat yang dapat dirasakan oleh rakyat.
"Dengan demikian maka kita berharap Asia Tenggara ini dapat terus menjadi pusat pertumbuhan ekonomi, terutama akan dapat mampu menghadapi external shocks," tutur Menteri Luar Negeri, Retno Lestari Priansari Marsudi dalam konferensi pers secara daring.
Sementara pilar ketiga terkait dengan Implementasi dari AOIP (ASEAN Outlook on the Indo-Pacific). Pilar ini menurut Retno menjadi sangat penting mengingat semakin tajamnya rivalitas di kawasan Indo-Pasifik.
"Rivalitas antara kekuatan besar masih tajam, termasuk di kawasan Indo-Pasifik. Pertumbuhan ekonomi dunia terus terkoreksi. Secara internal, ASEAN terus menghadapi situasi di Myanmar," ujarnya.
Editor: Sondang