PARBOABOA, Medan - Investor pemula harus memperbanyak informasi, terutama terkait ekonomi makro, jika ingin berinvestasi pada mata uang digital kripto, atau cryptocurrency.
"Misalnya terkait kebijakan suku bunga Bank Sentral Amerika dan isu-isu terkait lainnya," kata Vinsensius Sitepu, investor cryptocurrency dari Medan, Sumatra Utara.
Vinsen, begitu ia akrab disapa meminta investor wajib memahami dan belajar mengenai mata uang digital itu.
"Belajarnya bisa dari media massa, buku-buku, dan video di Youtube," ungkap pemuda yang berkecimpung di cryptocurrency sejak 2014 ini.
Vinsen juga mengingatkan investor pemula bahwa nilai cryptocurrency sangat volatile atau pergerakannya sangat cepat dan tidak menentu.
"Jauh lebih volatile daripada pasar saham. Sehingga diperlukan kesiapan mental dari investor," ujarnya.
Selain itu, cryptocurrency juga memiliki potensi kerugian dan keuntungan yang sangat tinggi.
"Ini kita menyebutnya high risk, high return," ungkap Vinsen.
Ia melanjutkan, investor cryptocurrency sebaiknya tidak menggunakan uang yang biasa digunakan untuk kebutuhan pokok sehari-hari.
"Jangan gunakan uang panas seperti uang untuk kebutuhan pokok, tetapi gunakanlah uang dingin yang memang dipersiapkan untuk berinvestasi. Jika belum memiliki penghasilan tetap, lebih baik tidak usah investasi cryptocurrency,” jelas Vinsen.
Ia kembali mengingatkan investor untuk menggunakan layanan Cryptocurrency Exchange yang terpercaya dan berizin.
Tidak hanya itu, investor juga diminta bijaksana mengelola uang untuk berinvestasi di cryptocurrency, seperti bijaksana mengatur persentase untung dan persentase kerugian.
Vinsen juga mengingatkan investor untuk berinvestasi tidak hanya pada satu jenis cryptocurrency saja.
“Lakukan sebaran portofolio. Berinvestasilah pada beberapa jenis cryptocurrency sekaligus agar ketika satu jenis cryptocurrency turun, jenis yang lain tidak turun. Hal ini bisa meminimalisir kerugian," imbuhnya.
Vinsen lantas menyarankan investor pemula untuk berinvestasi pada jenis Cryptocurrency Bitcoin (BTC) dan Ethereum (ETH), karena nilai pasar keduanya memiliki likuiditas paling tinggi.
"Investor juga bisa menginvestasikan uang mereka pada cryptocurrency jenis Ripple (XRP), Dogecoin (Doge) dan Shiba Inu (SHIB)," tambah dia.
Beda Pandangan Pengamat Ekonomi
Pandangan berbeda tentang investasi di mata uang digital atau cryptocurrency disampaikan Pengamat ekonomi dari Universitas Islam Sumatera Utara (UISU), Gunawan Benjamin.
Gunawan menyarankan agar investor tidak berinvestasi pada cryptocurrency, karena sulit dianalisis kinerjanya.
"Kalau hanya mengacu kepada harga saja, saya tidak bisa melihat apa yang melandasi investor untuk membeli uang kripto itu," katanya.
Ia lantas membandingkan cryptocurrency dengan investasi saham, seperti salah satu emiten sawit yang ada di Bursa Efek Indonesia (BEI).
"Akan dengan mudah alat yang digunakan sebagai analisis untuk menghitung kinerja emiten tersebut," kata Gunawan.
Selain itu, Gunawan juga membandingkan cryptocurrency dengan investasi emas dan mata uang yang juga dapat bergerak naik dan turun karena dipengaruhi kinerja negara yang menerbitkan mata uang tersebut.
Ia juga mewanti-wanti agar investor berinvestasi untuk sesuatu yang terukur, bukan yang tidak terukur seperti cryptocurrency.
"Kalaupun ada kenaikan atau penurunan pada mata uang kripto itu lebih dikarenakan seberapa jauh masyarakat atau investornya mentransaksikan uang kripto tersebut. Tetapi keputusan pendukung investasi seperti faktor fundamental atau teknikal pada uang kripto itu tidak ada," jelas Gunawan.
Apalagi, lanjut dia, mata uang digital tidak memiliki wujud dan tidak diakui sebagai alat pembayaran di Indonesia.
"Tidak jauh berbeda juga jika kita membeli sejumlah komoditas maupun indeks futures. Dimana kita hanya memperdagangkan kontraknya saja. Namun tidak ada barangnya," pungkas dia.