PARBOABOA, Deli Serdang – Kegiatan ekspor produk-produk dalam negeri terus diperkuat untuk menambah surplus perdagangan Indonesia.
Seperti yang baru-baru ini dilakukan salah satu perusahaan asal Deli Serdang, Sumatra Utara yang mengekspor green beans, atau biji kopi mentah yang belum disangrai.
Produksi kopi green beans sebanyak 10 kontainer ini diekspor ke Amerika Serikat. Jenisnya robusta dan arabica.
Nilai ekspornya pun fantasis, sebesar USD1,48 juta atau setara Rp24 miliar.
Data Kementerian Perdagangan mencatat, tren ekspor kopi Indonesia periode 2019-2023 menunjukkan peningkatan sebesar 4,46 persen.
Amerika Serikat menjadi negara tujuan pertama ekspor produk kopi asal Indonesia dengan pangsa ekspor 23,24 persen, senilai USD215,96 juta atau setara Rp3,5 triliun.
Sementara di periode Januari-April 2024, ekspor produk kopi Indonesia telah mencapai USD283,3 juta atau sebesar Rp4,6 triliun.
Angka ini naik 20 persen dari periode yang sama pada tahun sebelumnya, yaitu senilai USD236,08 juta atau Rp3,8 triliun.
Sementara pada 2023, total ekspor kopi Indonesia ke dunia mencatatkan nilai sebesar USD929,13 juta atau setara dengan Rp15,11 triliun.
Diketahui, Kolombia merupakan negara di Amerika Latin yang menjadi pesaing utama ekspor kopi Indonesia ke AS.
Negara itu memiliki merek dagang sendiri yang dikelola koperasi dan didukung pemerintahnya.
Oleh karena itu, Kemendag mengingatkan eksportir kopi untuk selalu menjaga dan meningkatkan kualitas kopi Indonesia.
Apalagi masyarakat dunia saat ini sudah tertanam pola pikir untuk mengonsumsi kopi organik.
"Menjaga kualitas kopi Indonesia harus terus dijaga, termasuk pengemasan dan pengeringannya," kata Menteri Perdagangan, Zulkifli Hasan saat melepas ekspor kopi di Deli Serdang, pekan lalu.
Percepat Perjanjian Dagang
Ekspor kopi green beans ke Amerika Serikat ini untuk menjaga momentum neraca perdagangan Indonesia yang 49 bulan terakhir mengalami surplus.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, neraca perdagangan Indonesia pada Mei 2024 kembali surplus sebesar USD2,93 miliar atau naik USD0,21 miliar secara bulanan/month to month.
Surplus neraca perdagangan Mei 2024 ini ditopang surplus komoditas nonmigas sebesar USD4,26 miliar.
Agar surplus neraca perdagangan tetap terjaga, Indonesia juga terus mempercepat penyelesaian perjanjian dagang dengan negara mitra, sehingga akses pasar produk semakin terbuka lebar.
Salah satu perjanjian yang dipercepat yaitu Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU-CEPA).
Jika perjanjian ini selesai, tak hanya kopi, produksi lada dan crude palm oil (CPO) atau minyak kelapa sawit Indonesia bisa masuk ke pasar Uni Eropa.
Mengenal Kualifikasi Green Beans
Perkembangan industri kopi di seluruh dunia tidak terlepas dari penanganan kopi, salah satunya menentukan grade coffee dan mengklasifikasikan green beans agar kopi tergolong pada kualitas yang baik.
Tujuan utamanya mengacu agar terciptanya kriteria kualitas kopi secara menyeluruh dan memudahkan penetapan harga secara adil.
Namun, penilaian grade coffee dan cara mengklasifikasikan green beans di tiap negara berbeda-beda, salah satunya karena kulturalnya yang juga berbeda.
Kultur sangat mempengaruhi perkembangan kopi di berbagai negara dan pengolahan biji kopi tiap daerah pastinya berkembang dari kultur sekitaran kebun kopi.
Oleh karenanya, tiap negara produsen kopi mengembangkan klasifikasi green beans dan grafik grade coffee sendiri, yang terkadang juga digunakan menjadi penetapan standar minimum ekspor.
Sejumlah pertimbangan dalam indikator klasifikasi green beans di tiap negara produsen kopi, mulai dari asal usul, karakteristik hingga kualitas cupping. Termasuk kualitas green beans dan indikator grade kopi, yang nantinya mempengaruhi harga jual biji kopi.
Selanjutnya, pengklasifikasian green beans berdasarkan ukuran biji kopi, mengacu pada pertimbangan faktor tingkat ketinggian tanaman kopi dari atas permukaan laut.
Ketinggian tanam memberikan tekstur biji yang cenderung lebih besar dan padat jika dibandingkan dengan kopi yang ditanam di ketinggian yang rendah.
Kondisi biji kopi ini nantinya akan mempengaruhi masa pemanggangan.
Umumnya, kopi yang ditanam di ketinggian tanam optimal akan berkembang lambat, namun memiliki profil rasa yang terbaik.
Editor: Kurniati