PARBOABOA – Kepercayaan adalah pondasi utama dalam sebuah hubungan asmara. Namun, tak jarang pasangan menghadapi beragam tantangan untuk membangun dan memelihara rasa percaya satu sama lain.
Krisis kepercayaan timbul dari pengalaman masa lalu, baik itu pengkhianatan, ketidakjelasan komunikasi, atau perasaan tidak aman.
Jika dibiarkan begitu saja, trust issue dalam hubungan justru akan berdampak buruk dan bahkan bisa membuatmu terjerat dalam toxic relationship.
Untuk itu, penting bagi kita untuk memahami akar permasalahannya dan mencari solusi yang efektif untuk mengatasi masalah tersebut.
Dalam artikel ini, dijelaskan tentang apa itu trust issue dalam hubungan, lengkap dengan tanda-tanda dan cara mengatasinya. Simak ulasannya sampai habis ya!
Apa Itu Trust Issue dalam Hubungan?
Trust issue dalam hubungan merujuk pada ketidakpercayaan atau keraguan yang muncul antara pasangan. Ini bisa timbul dari berbagai faktor, termasuk pengalaman masa lalu, komunikasi yang tidak jelas, atau perasaan tidak aman.
Ketika seseorang mengalami trust issue, mereka mungkin sulit untuk sepenuhnya percaya pada pasangannya, bahkan dalam hal-hal kecil sekalipun. Masalah ini dapat memengaruhi dinamika hubungan, menyebabkan ketegangan, dan merusak kualitas hubungan itu sendiri.
Pengalaman masa lalu, seperti pengkhianatan atau kekecewaan, seringkali menjadi penyebab utama munculnya trust issue. Seseorang yang pernah terluka emosional cenderung lebih waspada dan sulit untuk membuka hati sepenuhnya pada pasangannya yang baru.
Selain itu, kurangnya komunikasi yang jujur dan terbuka, serta ketidakpastian mengenai niat dan perilaku pasangan, juga dapat menjadi pemicu trust issue. Oleh karena itu, memahami akar permasalahan ini dan bekerja sama untuk mengatasi trust issue menjadi kunci untuk membangun hubungan yang sehat dan kuat.
Tanda-Tanda Trust Issue dalam Hubungan
Tanda-tanda trust issue dalam hubungan, seperti yang dijelaskan oleh psikolog-psikolog terkemuka adalah sebagai berikut:
1. Kewaspadaan yang Berlebihan
Seorang psikolog klinis dan pakar dalam teori ikatan pasangan bernama Stan Tatkin, menyebutkan bahwa krisis kepercayaan bisa tercermin dalam kewaspadaan yang berlebihan.
Pasangan cenderung selalu waspada terhadap perilaku atau tindakan pasangan, menciptakan atmosfer ketidakpastian.
2. Protektif
Seseorang yang mengalami krisis kepercayaan umumnya akan cenderung lebih protektif kepada pasangannya. Mereka akan berusaha memberi pertahanan dan perlindungan dalam hubungannya.
Akan tetapi, sikap terlalu protektif justru membuat pasangan merasa terkekang dan tidak nyaman. Tak bisa dipungkiri, trust issue dalam hubungan dapat membuat masalah baru.
Bagaimana tidak, seseorang dengan trust issue selalu menanyakan kabar pasangannya dan bahkan selalu menanyakan keberadaannya setiap saat.
3. Sering Mengungkit Masa Lalu
Seseorang yang mengalami trust issue kerap mengungkit dan membahasa masa lalu yang pernah membuatnya kecewa dan sakit hati.
Luka yang begitu membekas membuatnya ragu untuk menaruh kepercayaan terhadap orang baru. Meski telah menjalin hubungan dengan orang baru, namun ia masih sering dihantui oleh bayang-bayang masa lalu.
4. Komunikasi yang Buruk
Seorang psikolog terkenal bernama John Gottman mengatakan bahwa trust issue dalam hubungan juga dapat terlihat dari pola komunikasi yang buruk.
Pasangan yang mengalami krisis kepercayaan mungkin akan cenderung saling menyalahkan dan sulit berkomunikasi secara efektif.
5. Sering Mengalami Overthinking
Seseorang yang mengalami masalah kepercayaan umumnya akan selalu memiliki pikiran negatif yang berlebihan. Ia kerap mencari celah untuk menyalahkan pasangannya dan memikirkannya secara berlebihan.
Terlalu sering overthinking juga akan membuat seseorang mengalami krisis kepercayaan. Bahkan, hal kecil terkadang bisa menjadi persoalan pelik yang tak kunjungi usai. Dalam jangka panjang, kondisi ini juga bisa memperngaruhi kesehatan mental seseorang, lho.
Cara Mengatasi Trust Issue dalam Hubungan
Cara Mengatasi trust issue dalam hubungan memerlukan waktu, komitmen, dan upaya dari kedua belah pihak. Beberapa langkah yang bisa dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Buka Komunikasi
Berbicara secara jujur tentang ketidakpastian atau kekhawatiran dapat membantu mengidentifikasi akar permasalahan dan mencegah penumpukan emosi yang dapat merusak hubungan.
Salah satu cara membuka komunikasi adalah dengan mengajukan pertanyaan terbuka yang mendorong pasangan untuk berbagi lebih banyak.
Mendengarkan dengan penuh perhatian tanpa menginterupsi juga memainkan peran penting dalam menciptakan atmosfer yang mendukung. Selain itu, pasangan perlu merasa nyaman untuk menyampaikan pendapat mereka tanpa takut dihakimi.
Penting untuk diingat bahwa komunikasi bukan hanya tentang berbicara, tetapi juga tentang kemampuan mendengarkan. Pasangan perlu saling mendukung, menciptakan ruang diskusi yang terbuka, dan bersedia bekerja sama mencari solusi.
2. Bangun Kepercayaan Secara Bertahap
Proses ini memerlukan kesabaran, keterbukaan, dan komitmen dari kedua pasangan. Salah satu cara untuk memulai adalah dengan setuju untuk membuat langkah-langkah kecil yang dapat membuktikan komitmen masing-masing.
Kamu bisa mencoba membuat janji kecil atau berkomitmen untuk melakukan tindakan yang menunjukkan kepercayaan. Misalnya, menjaga janji, berbagi informasi lebih terbuka, atau memberikan tanda-tanda kasih sayang yang konsisten.
Dengan memenuhi janji-janji kecil ini, pasangan dapat membangun keyakinan bahwa mereka dapat mengandalkan satu sama lain.
3. Jangan Sembunyikan Hal-Hal Penting
Salah satu langkah penting dalam mengatasi trust issue dalam hubungan adalah dengan tidak menyembunyikan hal-hal penting.
Transparansi dan keterbukaan memainkan peran kunci dalam membangun kepercayaan antara pasangan. Menyembunyikan informasi atau perasaan hanya dapat meningkatkan ketidakpastian dan merusak fondasi hubungan.
4. Jangan Balas Dendam
Menjaga hubungan agar tetap sehat dan mengatasi trust issue memerlukan sikap yang dewasa, termasuk dalam hal menjauhi balas dendam.
Merespon masalah dengan balas dendam hanya akan memperburuk situasi dan memperpanjang ketidakpastian dalam hubungan.
Sebaliknya, mengatasi trust issue memerlukan komitmen untuk memahami dan memaafkan, serta fokus pada solusi daripada memperpanjang masalah.
5. Berikan Ruang Privasi
Penting untuk menghargai kebutuhan setiap individu untuk memiliki waktu dan ruang pribadi mereka sendiri. Ini bukan berarti kurangnya keintiman, melainkan penerimaan bahwa setiap orang memiliki kehidupan pribadi yang perlu dihormati.
Memberikan ruang privasi mencakup pengakuan akan hak setiap pasangan untuk menjalani aktivitas atau memiliki waktu sendiri tanpa rasa curiga atau ketidakpercayaan.
6. Bekerjasama untuk Membangun Kembali
Proses memperbaiki kepercayaan membutuhkan keterlibatan dan komitmen bersama dari kedua pasangan. Langkah-langkah ini dapat mencakup perubahan perilaku, komunikasi terbuka, dan kesediaan untuk bekerja sama dalam merancang solusi.
Pertama-tama, pasangan perlu bersedia untuk melibatkan diri dalam diskusi yang jujur dan terbuka mengenai trust issue yang dihadapi.
Langkah tersebut melibatkan pengakuan terhadap perasaan masing-masing, pemahaman akar permasalahan, dan niat bersama untuk memperbaiki situasi.
Selanjutnya, pasangan dapat menetapkan langkah-langkah konkret untuk membangun kembali kepercayaan. Hal ini bisa mencakup janji untuk meningkatkan komunikasi, menetapkan batasan dan ekspektasi yang jelas, serta memastikan bahwa tindakan sejalan dengan kata-kata.
7. Cari Bantuan Profesional
Mencari bantuan profesional dapat menjadi langkah yang sangat efektif dalam mengatasi trust issue dalam hubungan.
Terkadang, seorang profesional, seperti seorang konselor atau terapis, dapat memberikan pandangan objektif dan strategi yang dapat membantu pasangan mengatasi masalah mereka.
Mengatasi trust issue bukanlah proses instan, tapi dengan kesabaran, kerjasama, dan komunikasi yang baik, pasangan dapat membangun kembali fondasi kepercayaan dalam hubungan.
Demikian penjelasan tentang apa itu trust issue dalam hubungan, lengkap dengan tanda-tanda dan cara mengatasinya. Faktanya, krisis kepercayaan dapat diatasi dengan adanya keterbukaan antara kedua belah pihak dan memperbaiki pola komunikasi. Semoga bermanfaat.
Editor: Juni