Beragam Tari dan Pakaian Dayak: Unik dan Penuh Filosofis

Masyarakat Suku Dayak Memiliki Beragam Tari dan Pakaian Adat yang Unik dan Penuh Filosofis (Foto:Instagram/ @betyrantikalukas)

PARBOABOA, Jakarta - Suku Dayak adalah kelompok etnis pribumi Kalimantan, Indonesia, yang telah menghuni pulau ini sejak zaman kuno.

Mereka tinggal di wilayah pedalaman hutan dan sangat bergantung pada sumber daya alam di sekitar mereka, sambil menjaga keberagaman budaya, bahasa, adat istiadat, dan tradisi yang unik.

Selain di Indonesia, sebagian masyarakat Dayak juga diketahui menetap di daerah Sarawak dan Sabah, Malaysia.

Dari sejumlah sumber diketahui bahwa suku Dayak memiliki sekitar 405 sub-suku dengan adat istiadat serta budaya yang mirip satu sama lain.

Istilah "Dayak" berasal dari bahasa Kenyah, yang berarti "hulu sungai" atau "pedalaman."

Nama ini mencerminkan lokasi geografis mereka yang terletak di sekitar aliran sungai di Kalimantan.

Budaya Suku Dayak kaya dengan berbagai aspek, termasuk musik, tarian, seni ukir, anyaman, dan patung yang sangat indah.

Termasuk pakaian adat, rumah adat, yang memiliki makna filosofis yang menarik untuk dipelajari.

Suku Dayak juga terdiri dari beragam sub-etnis, masing-masing dengan keunikan dalam budaya, bahasa, adat istiadat, dan tradisi mereka.

Tari Dayak memiliki jumlah yang cukup banyak, namun sebagaimana dikutip dari buku Antropologi (2009) karya Emmy Indriyawati, seni tari Dayak umumnya bertema tentang kehidupan.

Contohnya adalah tari Tambu dan Bungai yang bertema kepahlawanan, serta tari Balean Dadas yang bertema permohonan kesembuhan dari sakit.

Selain gerakannya, busana yang dikenakan oleh para penari tari Dayak juga menjadi daya tarik tersendiri, yang akan memikat mata penonton.

Sejatinya tari Dayak bagian warisan leluhur yang harus terus dilestarikan.  

Kesenian tari Dayak mencerminkan setiap aspek kehidupan suku tersebut.

Beragam Tari Dayak yang Unik dan Penuh Filosofis

1. Tari Kancet Papatai (Tarian Perang) Suku Dayak Kenyah

Tari Kancet Papatai merupakan tarian perang khas suku Dayak yang mengisahkan tentang kehebatan pahlawan suku Dayak Kenyah dalam melawan musuh-musuhnya.

Tari ini dianggap merepresentasikan keperkasaan laki-laki suku Dayak Kenyah.

Dalam setiap pementasannya, tari Kancet Papatai akan diiringi lagu berjudul "Sak Paku" dan instrumen alat musik bernama Ampe.

Tarian ini memiliki gerakan yang lincah, dan setiap penari menari dengan penuh semangat sambil berteriak.

Saat ini, tari perang khas suku Dayak Kenyah sering ditampilkan pada acara-acara besar di Kalimantan, seperti perayaan untuk menyambut tamu.

2. Tari Hudoq 

Hudoq merupakan salah satu tari Dayak yang ditampilkan sebagai doa dan harapan masyarakat suku Dayak untuk mendapatkan hasil panen melimpah serta agar tanaman mereka terhindar dari serangan hama.

Tarian ini sangat unik, karena para penarinya mengenakan topeng kayu dengan tampilan binatang buas dan busana terbuat dari dedaunan hijau.

Tari Hudoq berkembang di tengah masyarakat suku Dayak Bahau dan suku Dayak Modang.

Tarian ini kerap ditampilkan sebelum membuka lahan pertanian, dan masyarakat percaya bahwa setiap gerakan tari Hudoq dapat menjadi sarana komunikasi dengan alam gaib.

3. Tari Hudoq Kita’

Meski fungsinya sama sebagai ucapan syukur untuk hasil panen yang baik, tari Hudoq Kita’ memiliki perbedaan mencolok dengan tari Hudoq.

Tarian yang berkembang di masyarakat Dayak Kenyah ini menggunakan topeng berbentuk wajah manusia dengan corak ukiran dan warna khas suku Dayak.

Selain itu, lantunan musik dan gerakan tariannya juga berbeda.

4. Tari Giring-Giring

Tari Giring-Giring berasal dari masyarakat suku Dayak Maanyan. Tarian ini sangat identik dengan rasa kegembiraan.

Setiap penari memegang tongkat di tangan kiri dan bambu berisi kerikil di tangan kanan.

Penari akan menghentakan tongkat ke permukaan lantai, menciptakan irama suara yang khas.

5. Tari Gantar

Tari Gantar ini menggambarkan siklus masyarakat suku Dayak dalam bercocok tanam yang dipenuhi rasa kegembiraan.

Dalam perkembangan waktu, Tari Gantar kerap dipentaskan dalam rangka menyambut tamu-tamu penting.

6. Tari Kinyah Mandau 

Tari Kinyah Mandau adalah salah satu tari perang khas suku Dayak yang melambangkan persiapan untuk mengalahkan musuh dengan senjata mandau.

Tarian ini juga memiliki unsur teatrikal, di mana para penari menampilkan unsur bela diri dan seni perang.

7. Tari Mandau 

Tari Mandau sangat identik dengan suku Dayak dan biasanya dibawakan oleh penari perempuan atau laki-laki.

Tarian ini merefleksikan semangat juang prajurit suku Dayak. Properti utama yang harus ada dan dibawa oleh penari adalah senjata mandau.

Untuk kostumnya, umumnya penari mengenakan rompi dan cawat.

Gerakan utama dari tari ini adalah pola tarian akrobatik yang energik, biasanya diiringi oleh alat musik tradisional suku Dayak seperti gendang dan garantung, menciptakan bunyi yang menghentak dan membakar semangat para penari.

Selain kekayaan tarinya, masyarakat suku dayak juga memiliki beragam pakaian adat yang menyempurnakan kekayaan budaya tersebut.

Jenis Pakaian Adat Dayak

1. King Baba

King Baba adalah pakaian tradisional khas pria dari suku Dayak di Kalimantan Barat. Nama ini berasal dari bahasa Dayak, di mana "king" berarti pakaian dan "baba" berarti pria.

King Baba dibuat dari serat kulit kayu tumbuhan yang hanya ditemukan di daerah tersebut. Proses pembuatannya melibatkan pemukulan kulit kayu di dalam air untuk memisahkan serat dari bahan lainnya.

Setelah serat menjadi lunak, serat tersebut dijemur hingga kering dan kemudian dihiasi dengan motif etnik Dayak menggunakan pewarna alami.

Pakaian ini terdiri dari rompi tanpa lengan dan celana panjang. Sering kali, pakaian ini dilengkapi dengan senjata tradisional seperti mandau dan perisai, menciptakan tampilan yang siap tempur.

2. King Bibinge

King Bibinge, pakaian tradisional wanita suku Dayak, dibuat dengan cara yang mirip dengan pakaian pria.

Proses pembuatannya menggunakan bahan utama berupa kulit kayu dari tanaman ampuro atau kapuo, yang dikenal kaya akan serat.

King Bibinge memiliki desain yang lebih tertutup, dilengkapi dengan penutup dada, stagen, dan rok.

Pakaian ini juga dihiasi dengan aksesoris seperti kalung, manik-manik, dan ikat kepala yang diberi ornamen bulu burung enggang.

Sama seperti King Baba, pakaian ini tidak memiliki lengan dan dihiasi dengan lukisan khas Dayak, manik-manik kayu, serta bulu burung enggang yang menambah keindahan.

Gelang dalam pakaian ini dibuat dari akar pohon, sementara kalungnya terbuat dari tulang hewan dan akar pohon.

Aksesoris ini tidak hanya berfungsi sebagai hiasan, tetapi juga sebagai jimat dan penolak bala.

3. Buang Kuureng

Buang Kuureng adalah pakaian tradisional suku Melayu yang berasal dari Kalimantan Barat.

Pakaian ini merupakan variasi lokal dari baju kurung yang umum dipakai oleh suku Melayu di berbagai negara seperti Indonesia, Malaysia, dan Brunei.

Meskipun memiliki akar budaya yang sama, Buang Kuureng menonjol dengan ciri khasnya sendiri dalam hal corak, desain, dan bahan yang digunakan, sehingga berbeda dari baju kurung lainnya.

Pakaian ini dirancang untuk perempuan dan tersedia dalam dua versi: lengan panjang yang dikenal sebagai Kurung Langke Tangan dan lengan pendek yang disebut Kuurung Sapek Tangan.

Keunikan Buang Kuureng terletak pada kombinasi budaya Melayu dan Dayak, menghasilkan corak khas yang tidak ditemukan di tempat lain.

Sebagai warisan budaya yang dihormati, pakaian ini biasanya dikenakan pada acara-acara khusus, seperti peringatan Hari Kartini, untuk merayakan identitas budaya dan tradisi.

4. Teluk Belanga

Teluk Belanga adalah busana tradisional yang dikenakan oleh laki-laki dari suku Melayu di Kalimantan Barat.

Pakaian ini sering dipakai dalam acara-acara resmi, seperti upacara adat dan pernikahan, menonjolkan aspek budaya dan tradisi yang khas.

Busana ini menunjukkan kemegahan melalui bahan berkualitas tinggi seperti satin berwarna kuning emas, yang melambangkan identitas kerajaan Melayu dan menggambarkan keanggunan serta status sosial.

Teluk Belanga terdiri dari kemeja, celana panjang, kain, dan sarung yang dihiasi dengan motif ingsang, serta dilengkapi dengan songkok hitam sebagai aksesori.

Busana ini memiliki ciri khas yang membedakannya dari pakaian adat suku Dayak dengan desain yang lebih tertutup dan penggunaan bahan yang mewah.

5. King Kabo

King Kabo merupakan bentuk modifikasi pakaian tradisional Dayak di Kalimantan. Modifikasi ini  menggabungkan tampilan modis dan unik sambil mempertahankan ciri khas budaya aslinya.

Sebagai variasi dari King Baba, King Kabo mengusung inovasi dengan menambahkan kain Sungkit asal Brunei Darussalam ke dalam desainnya.

Meskipun mengalami perubahan, King Kabo tetap menjaga elemen khas Suku Dayak, termasuk ukiran khas Dayak dan aksesori kepala yang menyerupai Mandau, senjata tradisional Kalimantan.

Inovasi ini mencerminkan keindahan dan kekayaan budaya Dayak yang terus relevan seiring dengan perkembangan zaman.

6. Ta'a

Ta'a merupakan pakaian tradisional yang dikenakan oleh wanita dari suku Dayak Kenyah di Kalimantan Timur.

Pakaian ini terdiri dari beberapa elemen penting, yaitu da'a yang merupakan ikat kepala yang terbuat dari pandan, sapei inoq yang merupakan baju atasan, dan ta'a yang merujuk pada rok.

Dalam proses pembuatannya, pakaian ini menggunakan bahan dasar seperti pandan dan kain.

Pakaian ini kemudian dihiasi dengan bulu burung dan gelang yang dipintal dari benang, yang diyakini memiliki kekuatan untuk mengusir bala atau malapetaka.

Pakaian Ta'a ini juga dihiasi dengan motif-motif khas. Untuk kalangan bangsawan, motif yang digunakan antara lain burung enggang dan harimau.

Sementara itu, untuk masyarakat umum, motif yang digunakan cenderung berupa motif tumbuhan.

7. Sapai Sapaq

Sapai Sapaq merupakan pakaian tradisional pria suku Dayak di Kalimantan Timur.

Meskipun desain dan motifnya mirip dengan pakaian Ta'a, Sapai Sapaq memiliki perbedaan pada bagian bawahannya yang menggunakan celana pendek yang disebut Abeq kaboq.

Pria Dayak juga melengkapi penampilan mereka dengan aksesori lain, termasuk senjata tradisional seperti perisai dan mandau, yang berfungsi sebagai alat perlindungan.

Sama seperti Ta'a, Sapai Sapaq mencerminkan kearifan masyarakat Dayak dalam memanfaatkan sumber daya alam untuk membuat pakaian dan aksesori.

Makna Pakaian Adat Dayak

Selain sebagai busana, pakaian adat Dayak juga memiliki makna yang dalam.

Makna Warna bagi Suku Dayak

- Merah: solidaritas dan keberanian dalam mempertahankan kebenaran.

- Putih: kesucian jiwa dan kemurnian.

- Kuning: keagungan, kejayaan, kemegahan, dan kehormatan.

- Hitam: kedewasaan dan berkabung.

- Hijau: kesuburan dan kemakmuran.

Makna Ragam Hias

- Bentuk manusia atau matuari melambangkan kehidupan manusia.

- Bentuk binatang menunjukkan keberadaan makhluk hidup lain.

- Bentuk tumbuhan mencerminkan keberadaan flora dalam kehidupan.

- Bentuk benda-benda seperti bintang, bulan, dan matahari mencerminkan kehidupan alam gaib.

Ragam Aksesoris atau Perhiasan dan Maknanya

- Simbolong: perhiasan untuk sanggul wanita, digunakan sehari-hari atau dalam upacara adat.

- Hiasan kepala: tajuk bulu tantawan dan tajuk bulu arue dipakai pada acara suka maupun duka.

- Poosong: perhiasan untuk lubang telinga wanita.

- Kalong atau manik pirak: perhiasan yang dipakai untuk mempercantik leher dan menunjukkan status sosial.

- Kalong manik kalabe: kalung khusus untuk perempuan muda.

- Kalong manik lawang: kalung yang dapat dipakai oleh laki-laki atau perempuan.

- Tangkalai' atau sumpae: hiasan lengan untuk laki-laki dan perempuan.

- Isi amas atau gigi emas: mempercantik gigi dan memiliki makna simbolis tentang status keuangan.

Editor: Norben Syukur
TAG :
Baca Juga
LIPUTAN KHUSUS