PARBOABOA, Jakarta - Negara-negara anggota BRICS tengah mempersiapkan pembentukan sebuah dana jaminan baru bernama BRICS Multilateral Guarantee (BMG), yang akan dinaungi oleh New Development Bank (NDB).
Inisiatif ini dirancang sebagai upaya kolektif untuk mendorong arus investasi ke negara-negara anggota, di tengah meningkatnya ketidakpastian ekonomi global akibat kebijakan ekonomi Amerika Serikat.
Mengutip laporan Reuters pada Minggu (6/7/2025), skema BMG akan mengadopsi model serupa dengan Multilateral Investment Guarantee Agency (MIGA) milik Bank Dunia.
“Instrumen jaminan ini sangat penting secara politis. Ini menunjukkan bahwa BRICS masih aktif, bekerja mencari solusi, memperkuat NDB, dan merespons kebutuhan global,” tulis salah satu sumber Reuters.
Menariknya, pembentukan BMG tidak akan menggunakan modal baru dari negara anggota. Sebaliknya, NDB akan mengalokasikan sumber daya yang telah tersedia untuk mendanai proyek-proyek prioritas di dalam kelompok BRICS.
Meskipun nilai awal BMG belum diungkap secara resmi, sumber internal menyebut setiap dolar jaminan dari NDB berpotensi menarik investasi swasta sebesar USD 5 hingga 10, tergantung kelayakan proyek yang dijamin.
Ini menjadi sinyal kuat bagi sektor swasta untuk lebih terlibat dalam pembangunan infrastruktur, transisi energi, dan proyek berkelanjutan di kawasan Selatan Global.
Negara-negara BRICS kini menghadapi tantangan yang sama yakni kesulitan menarik investasi swasta dalam jumlah besar untuk mendukung proyek jangka panjang seperti adaptasi perubahan iklim dan pembangunan infrastruktur.
Oleh karena itu, kehadiran BMG diyakini akan memperkuat daya tarik investasi, apalagi jaminan dari NDB dinilai memiliki tingkat kepercayaan kredit yang tinggi di mata investor institusional maupun lembaga keuangan.
Brasil, yang memegang kepemimpinan BRICS tahun ini, menjadikan pembentukan BMG sebagai agenda prioritas. Pernyataan bersama mengenai inisiatif ini dijadwalkan diumumkan dalam pertemuan puncak KTT BRICS di Rio de Janeiro dalam waktu dekat.
Secara teknis, BMG telah dikembangkan dalam lingkup internal NDB dan mendapat persetujuan dari seluruh negara anggota. Tahapan berikutnya hanya tinggal menunggu penandatanganan resmi para menteri keuangan BRICS.
Ditargetkan, seluruh proses persiapan teknis akan rampung pada akhir 2025, sementara proyek percontohan pertama yang mendapat jaminan dari BMG diperkirakan mulai berjalan pada 2026.
Sejak dibentuk oleh lima negara utama, yakni Brasil, Rusia, India, Tiongkok, dan Afrika Selatan, BRICS kini semakin berkembang dengan bergabungnya negara-negara baru seperti Indonesia, Arab Saudi, Iran, Ethiopia, dan Uni Emirat Arab.
Ekspansi keanggotaan ini menjadi cerminan ambisi kolektif BRICS dalam memperkuat peran dan pengaruhnya dalam tatanan ekonomi global yang semakin multipolar.=
Debut Indonesia
Sebelumnya, Presiden Indonesia Prabowo Subianto secara resmi menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) BRICS 2025 di Rio de Janeiro, Brasil, pada Sabtu (5/7/2025).
Kehadiran ini menandai partisipasi pertama Indonesia sebagai anggota penuh BRICS, setelah resmi bergabung pada 6 Januari 2025.
Prabowo tiba di Pangkalan Udara Galeão pukul 06.30 pagi waktu setempat dan disambut dengan upacara militer kehormatan.
Ia didampingi oleh Sekretaris Kabinet Teddy Indra Wijaya, serta disambut oleh pejabat tinggi Brasil dan perwakilan Indonesia di Brasil.
Setelah upacara penyambutan, Prabowo langsung menuju akomodasi resmi untuk mengikuti rangkaian agenda KTT.
Saat ini, BRICS memiliki 11 anggota tetap, termasuk Indonesia, serta sejumlah negara mitra seperti Malaysia, Vietnam, dan Kazakhstan.
KTT hari pertama mencakup sesi penyambutan dan dua sesi pleno yang membahas isu perdamaian global, reformasi tata kelola, multilateralisme, isu ekonomi dan keuangan, serta perkembangan kecerdasan buatan.
Selanjutnya hari kedua KTT yang berlangsung pada Senin (7/7/2025) akan difokuskan pada isu lingkungan, pelaksanaan COP30, dan kesehatan global.