PARBOABOA, Jakarta - Rapat kerja antara Komisi IV DPR RI dan Menteri Kehutanan Raja Juli Antoni pada Kamis (4/12/2025), menjadi salah satu pertemuan penting di tengah krisis ekologis yang menimpa tiga provinsi di Sumatera.
Di ruang rapat Kompleks Parlemen Senayan, Raja Juli hadir sekitar pukul 13.27 WIB dengan batik hitam bermotif coklat.
Ia terlihat membawa sejumlah berkas dan sempat menyalami beberapa peserta sebelum mengambil tempat duduk. Para pewarta yang berada di ruangan langsung mengabadikan kedatangannya.
Ketua Komisi IV, Titiek Soeharto, kemudian memasuki ruangan dan menyampaikan salam pembuka dengan Menteri Kehutanan sebelum rapat dimulai.
Pertemuan tersebut difokuskan pada evaluasi bencana banjir bandang dan tanah longsor di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat.
Ketiga provinsi ini mengalami kerusakan besar dan korban jiwa dalam skala yang belum pernah terjadi dalam beberapa tahun terakhir.
Per 3 Desember 2025, BNPB mencatat angka korban meninggal mencapai 770 jiwa, sementara 463 orang masih dinyatakan hilang.
“Secara total korban meninggal yang tervalidasi 770 jiwa dan korban hilang yang masih dalam pencarian 463 jiwa,” ujar Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, dalam keterangan resminya.
Rinciannya, Aceh mencatat 277 korban meninggal dan 193 orang hilang. Sumatera Utara kehilangan 299 jiwa, dengan 159 orang belum ditemukan. Di Sumatera Barat, 194 warga meninggal, sedangkan 111 masih hilang.
Selain korban manusia, kerusakan fisik meluas, di mana 3.300 rumah rusak berat, 2.100 rusak sedang, dan 4.900 rusak ringan. Fasilitas umum yang terdampak menunjukkan betapa kuatnya daya rusak bencana ini.
Data Pusdatin BNPB menunjukkan kerusakan pada 45,48 persen jembatan, 32,92 persen fasilitas pendidikan, 20,21 persen tempat ibadah, serta 1,38 persen fasilitas kesehatan.
Total warga yang terdampak telah mencapai 3,2 juta jiwa di 50 kabupaten, dengan perincian 1,6 juta di Sumatera Utara, 1,5 juta di Aceh, dan 140.500 di Sumatera Barat.
Di hadapan Komisi IV, Kementerian Kehutanan menegaskan komitmen untuk menelusuri dugaan keterkaitan antara kondisi hutan dan bencana yang terjadi.
Salah satu sorotan utama adalah ditemukannya material kayu yang ikut hanyut bersama arus banjir.
“Akan dibentuk tim investigasi,” ujar Raja Juli Antoni, menanggapi temuan tersebut dan memastikan kementerian akan menyelidiki asal-usul kayu yang terbawa arus.
Pembentukan tim investigasi ini menandai langkah awal penelusuran lebih jauh mengenai kemungkinan kerusakan hutan, aktivitas ilegal, atau faktor pengelolaan kawasan hutan yang turut memperparah dampak banjir besar tersebut.
Rapat kerja ini sekaligus menjadi momentum bagi Komisi IV dan Kementerian Kehutanan untuk membuka pekerjaan rumah besar dalam tata kelola lingkungan, terutama di tiga provinsi yang kini tengah berjuang memulihkan diri dari bencana.
