GRIB Jaya Angkat Bicara Soal Tuduhan Ormas Bikin Gaduh

Ketua Umum DPP Grib Jaya, Hercules Rosario de Marshall didampingi Ketua Harian Anan Wijaya dan Sekjen H. Zulfikar saat membahas persiapan Milad Ormas Grib Jaya. (Foto: IG/@gribjaya_id)

PARBOABOA, Jakarta - Kehadiran organisasi masyarakat (ormas) kian meresahkan publik. Keberadaan mereka dinilai kerap mengganggu ketertiban umum. 

Tak hanya itu, beberapa ormas bahkan menggunakan atribut tentara sebagai identitas mereka. Sebut saja, Gerakan Masyarakat Indonesia Bersatu (GRIB) bersutan Hercules Rosario Marshal atau Hercules. 

Advisor Defense Diplomacy Strategic Forum, Mayjen TNI (Purn) Rodon Pedrason mengkritik keberadaan ormas yang menggunakan atribut militer. 

"Kalau saya secara pribadi berpikir, orang-orang seperti ormas kita tumpas saja. Enggak boleh berpakaian militer," kata Rodon di Gedung DPR RI, Jakarta Pusat, awal Maret lalu. 

Menurut Rodon, ada ormas yang suka bergaya layaknya militer, tetapi mengkritik penambahan pos sipil bagi personel TNI sebagaimana tercantum dalam revisi UU Nomor 34 tahun 2004 tentang TNI. 

Meski tak merinci secara jelas identitas ormas terkait, pernyataan Radon disinyalir tertuju kepada GRIB Jaya. 

Hercules yang mendengar informasi tersebut naik pitam. Baginya, Rodon salah sasaran. Sebab, ormas-ormas hanya beranggotakan rakyat biasa yang sebagian bahkan punya profesi terhormat, semisal para ulama dan kiai.

Eksistensi ormas sebelumnya menjadi sorotan setelah Ketua Umum Himpunan Kawasan Industri (HKI), Sanny Iskandar mengklaim potensi kerugian hingga ratusan triliun karena gangguan ormas. 

Selain harus menanggung beban "uang keamanan", menurut Sanny, kerugian itu juga datang dari batalnya investasi yang masuk ke Indonesia. 

Belakangan, kasus-kasus pelanggaran hukum oleh ormas marak terjadi. Teranyar, kepolisian menangkap lima anggota ormas lokal di Bekasi, Jawa Barat karena aksi vandalisme di kantor Dinas Kesehatan (Dinkes) Bekasi. 

Anggota ormas itu marah karena Dinkes Bekasi menolak memberikan "proyek" khusus bagi mereka. Ada juga kasus oknum ormas memeras pabrik dan minta tunjangan hari raya (THR) kepada pengusaha. 

Wakil Menteri Tenaga Kerja (Wamenaker) Imanuel Ebenezer alias Noel turut bersuara menyoal polemik eksistensi ormas itu. Dalam sebuah siaran pers, Noel mengatakan aksi-aksi ormas bergaya premanisme harus dihentikan.

"Kalau masalah ini tidak segera ditanggulangi akan mengganggu penyediaan lapangan kerja. Imbauan dan definisi masalah sudah cukup. Saatnya pemberantasan,” ujar Ebenezer. 

Ketua Generasi Muda (GM) GRIB Jaya, Herdinand Hercules Rozario Marshal mengatakan keberadaan ormas tak bisa dipukul rata. Menurut dia, ada banyak ormas yang justru menjalankan aktivitas-aktivitas sosial yang positif di masyarakat.

Putera Hercules itu mencontohkan program makan siang gratis bagi masyarakat umum yang diinisiasi DPD GRIB Jaya Sumatera Utara di Kota Medan sejak beberapa bulan lalu. 

Jika ormas seperti GRIB Jaya dibubarkan, ia menyebut bahwa kegiatan positif semacam itu otomatis terhenti. Warga setempat yang justru dirugikan. 

"Kami banyak bikin lembaga bantuan hukum, sehingga masyarakat terbantu. Selain itu, kami juga membantu jika ada bencana alam. Bahkan, banyak anggota yang mengeluarkan uang pribadi. Kami membantu saudara-saudara yang sedang kesusahan," kata Herdinand, Selasa (24/03/2025).

Ia menghimbau agar pemerintah jangan menganggap sama kerja-kerja ormas. GRIB, misalnya dinilai menjadi perpanjangan tangan pemerintah untuk mengatasi persoalan konkret di tengah masyarakat.

Lebih jauh, Herdinand juga tak sepakat jika ormas dituding mampu merugikan negara hingga triliunan rupiah. 

Menurutnya, ormas-ormas tak punya kekuatan sebesar itu. Terlebih, salah satu penyebab kerugian adalah karena pungutan liar (pungli). 

"Pungli terjadi di berbagai sektor, termasuk instansi pemerintah, masyarakat umum, dan juga aparat. Jadi, tidak adil jika hanya ormas yang disalahkan," pungkasnya. 

Jika pemerintah serius ingin memberantas pungli, tandas Herdinand, mereka seharusnya membenahi sistem administrasi yang tidak jelas dan sering menjadi sumber masalah investasi. 

Mengenal GRIB

GRIB adalah sebuah ormas yang didirikan pada tahun 2011 oleh Rosario de Marshall, atau yang akrab dikenal dengan nama Hercules. 

Hercules sendiri adalah mantan preman yang pernah berkuasa di Tanah Abang pada tahun 1980-an. Kisah hidupnya yang penuh liku telah dikenal luas oleh masyarakat Indonesia. 

Hingga kini, Hercules dikenal sebagai pebisnis hebat dan menjabat sebagai Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) GRIB.

Dilansir dari laman GRIB Jaya Jateng, tujuan utama pendirian organisasi ini adalah untuk memperjuangkan demokrasi yang sehat dengan menekankan nilai-nilai kejujuran, keadilan, dan partisipatif. 

GRIB berkomitmen untuk memastikan penyelenggaraan pemilu berlangsung sesuai dengan koridor hukum dan peraturan yang berlaku. 

Selain itu, organisasi ini juga bekerja sama dengan berbagai stakeholder untuk menjalankan fungsi-fungsinya, serta menjadi pengawal yang kritis terhadap proses dan pelaksanaan pemilu di Indonesia.

Dengan anggota yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia, GRIB memiliki peran penting dalam mengawal jalannya demokrasi. 

Tidak hanya itu, mereka juga terlibat aktif dalam mengkritisi serta memberikan masukan untuk memastikan bahwa penyelenggaraan pemilu berjalan dengan lancar.

Pada Pilpres 2024, GRIB secara terbuka mendeklarasikan dukungan kepada pasangan calon nomor urut 2, Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka. 

Hercules dengan tegas menyatakan bahwa dukungan ini adalah "harga mati" dan tidak dapat diganggu gugat. Ia menegaskan bahwa kecuali Prabowo mengangkat bendera putih, dukungan GRIB terhadapnya tetap teguh. 

Dukungan ini diduga kuat memiliki latar belakang pribadi yang mendalam, terutama terkait dengan sejarah masa lalu Hercules. 

Diketahui bahwa Hercules memiliki hubungan dekat dengan Prabowo, yang pernah membantunya dalam masa-masa sulit. 

Sebelum pindah ke Jakarta, Hercules bergabung dengan operasi tentara Indonesia di Timor Timur (sekarang Timor Leste), di mana ia bertugas dalam operasi yang dipimpin oleh Prabowo yang saat itu menjabat sebagai Kapten Komando Pasukan Khusus (Kopassus).

Hercules sendiri mengaku bahwa ia berhutang nyawa kepada Prabowo, yang telah memberikan perlindungan kepadanya. Menurutnya, Prabowo adalah satu-satunya sosok yang bisa menyerangnya tanpa membalasnya.

Editor: Defri Ngo
TAG :
Baca Juga
LIPUTAN KHUSUS