PARBOABOA, Jakarta - Sejumlah mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) menggelar aksi simbolik di depan Gedung Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbudristek), Senayan, Jakarta Pusat, Jumat (10/02/2023) siang.
Pantauan Parboaboa, mahasiswa berkumpul di depan gerbang Gedung A Kemendikbudristek. Mereka berjumlah sekitar 50 orang, terdiri dari beberapa elemen mahasiswa. Seperti Koalisi Revolusi Pendidikan Indonesia (KRPI), Aliansi Pendidikan Gratis (Apatis), dan UNY Bergerak.
Mahasiswa tersebut membawa atribut aksi, berupa kertas karton bertuliskan “UKT = Hutang”, “Prestasi Kami Aprisiasi, UKT Harus Ditindaklanjuti”.
Ada juga tulisan yang mengutip pernyataan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi (Dirjen Dikti) Nizam bertuliskan “Tidak ada yang boleh berhenti kuliah karena ekonomi”.
Aksi yang bertajuk “Baju Dansa untuk Nadiem” ini dilakukan sebagai bentuk kekecewaan mahasiswa terhadap Mendikbud Nadiem Anwar Makarim karena mahalnya Uang Kuliah Tunggal (UKT) di UNY.
“Tuntutan kami sederhana. Salah satunya adalah bagaimana agar mahasiswa UNY mendapatkan UKT sesuai kemampuan membayarnya,” kata mahasiswa UNY Rachmad Ganta Semendawai.
Ganta menyebut, persoalan UKT mahal tak hanya dirasakan oleh mahasiswa UNY, tapi juga di seluruh Indonesia.
“Ini hanya awal perlawanan yang nantinya akan muncul di kampus-kampus lain di Indonesia,” kata dia.
Akibatnya, dikatakan Genta, banyak orang mengubur mimpi untuk kuliah karena biaya yang mahal.
Genta mengatakan, jika aksi mendatangi gedung Mendikbud itu tidak digubris, pihaknya akan masif menggelar aksi serupa.
“Intinya kami gak akan menyerah. Kami akan melakukan audiensi terus menerus sampai Mendikbud bertindak, atau minimal bicara,” ujarnya.
Genta mengakui, pihaknya sudah berdialog dengan pihak kampus, namun hasilnya tak kunjung memuaskan.
Sementara itu, tim kajian dari UNY Bergerak, Mushab mengatakan pihaknya sudah mengadvokasi 17 mahasiswa UNY yang tidak mampu membayar uang kuliah kepada pihak kampus, namun hasilnya nihil. Padahal, 17 nama tersebut sudah diserahkan ke kampus.
"Usai bertemu dengan rektor diserahkan ke sekretaris, dari sekretaris dilempar ke wakil rektor, dari wakil rektor dilempar ke dekan. Dan akhirnya ga ada kejelasan di situ dan ga ada solusi konkrit yang bisa diberikan. Case nya itu di hari akhir (pembayaran) UKT. Temen-temen itu sudah tidak bisa bayar dan tidak tahu lagi mau kemana," ujarnya.
Lebih lanjut, kata Mushab, sejumlah mahasiswa tersebut akhirnya memutuskan untuk cuti dan satu diantaranya berhenti kuliah.
Data terhimpun, menurut kajian UNY Bergerak, penetapan dan penyesuaian UKT di UNY masih bermasalah.
Ganta mengatakan dinamika UKT mahal menyebabkan salah satu mahasiswa mengalami depresi, bahkan ada yang sampai menggadai aset demi membayar uang kuliah.
“Jadi ada mimpi yang dikubur terpaksa. Yang seharusnya kampus negeri enggak kek gini kondisinya,” tandasnya.
Pantauan Parboaboa, di lokasi aksi mahasiswa memamerkan baju dansa yang rencananya diberikan kepada Mendikbud Nadiem. Sambil berorasi, mahasiswa mencoba berdialog dengan pihak protokoler untuk bertemu dengan Nadiem.
Namun salah satu staf protokoler Kemendikbud mengatakan, pihaknya sudah berkoordinasi dengan Humas untuk menjelaskan permasalahan UKT. Selain itu, petugas mengatakan, mahasiswa harus mengikuti prosedur agar bisa bertemu dengan Nadiem.
“Ada prosedurnya untuk menyampaikan pendapat. Nanti juga akan duduk bersama, tunggu saja,” kata petugas tersebut.
Sayangnya, hingga pukul 16.00 WIB, pihak humas tak kunjung datang. Hal ini membuat mahasiswa akhirnya memilih duduk membentuk lingkaran tepat di depan pintu masuk Gedung A, tempat di mana Mendikbud Nadiem bekerja.
Editor: Betty Herlina