PARBOABOA, Medan – Konflik antara Iran dan Israel menimbulkan banyak tanda tanya. Israel yang mendapatkan dukungan dari negara-negara Barat. Sedangkan Iran diperkirakan akan menerima bantuan dari Rusia sebagai negara yang memiliki hubungan kerjasama yang erat dengan mereka.
Hal ini membuat pertanyaan akan intervensi Rusia dalam Konflik ini kerap muncul.
Dikutip dari laman National Interest, Jumat (19/04/2024), serangan Iran terhadap Israel pada yang terjadi pada Sabtu (13/04/2024) cukup menggemparkan dunia. Pasalnya, Iran menggunakan 300 lebih proyektil.
Serangan yang dilancarkan dari berbagai perbatasan negara itu diklaim sebagai pembelaan diri. Pasalnya, pada 1 April lalu Israel menyerang komplek konsulat jenderal Iran di Damaskus, Suriah.
Serangan di kedutaan besar Iran itu menewaskan dua jenderal tinggi serta sejumlah personel Garda Revolusi (IRGC). Juru Bicara Pasukan Pertahanan Israel (IDF), Daniel Hagari mengatakan dalam serangannya ke Israel, Iran telah mengerahkan lebih dari 120 rudal balistik, 170 drone dan lebih dari 30 rudal jelajah.
Walau begitu, kebanyakan senjata ini berhasil dicegat Israel dengan menggunakan Iron Dome. Selain itu, beberapa negara seperti Amerika Serikat, Inggris, Prancis dan Yordania turut membantu Israel menggagalkan drone dan misil yang ditembakkan Iran ke kawasan Zionis.
Bantuan dari beberapa negara Barat ini membuat publik bertanya-tanya. Akankah Rusia membantu Iran dalam peperangan melawan Israel.
Mengingat, selama ini Iran diduga kuat memasok senjata untuk Rusia dalam konfliknya di Ukraina. Walaupun Iran telah membantah tuduhan itu.
Eskalasi konflik di wilayah Timur Tengah saat ini sudah mendidih karena adanya perang Israel melawan kelompok Hamas Palestina sudah berlangsung sejak awal Oktober tahun lalu.
Pada dasarnya situasi konflik di Timur Tengah ini bisa memberikan ‘angin segar’ bagi Rusia. Dengan konflik ini, perhatian negara barat atas invasi Rusia di Ukraina akan teralihkan. Namun, Moskow berpotensi merugi bila perang Timur Tengah benar-benar melebar.
Selama beberapa dekade terakhir, Rusia sudah menghabiskan waktunya demi memiliki pengaruh di kawasan Timur Tengah. Selama ini Rusia dinilai mengambil keuntungan dari beberapa konflik lokal seperti Libya dan Suriah.
Di Libya misalnya, Rusia diduga kuat mengeksploitasi perang saudara di negara itu untuk membangun pijakan. Di Suriah, Kremlin berhasil mencegah kehancuran rezim Assad pada tahun 2015.
Penyelamatan ini akhirnya membuat Rusia mampu mendirikan pangkalan militer di Tartus dan Khmeimim.
Sementara di tahun 2019, setelah penarikan pasukan Amerika Serikat dari Suriah. Rusia ikut membantu pasukan pemerintah Suriah mendapatkan kembali kendali atas timur laut negara itu.
Namun, National Interest menuliskan walaupun Rusia mampu memanfaatkan ketidakstabilan kondisi di Suriah dan Libya. Dengan harapan untuk semakin memantapkan posisinya sebagai penjamin keamanan regional. Namun hal ini diprediksi tidak berlaku untuk konflik Iran dan Israel.
Disebutkan, tidak berlakunya peranan negara Vladimir Putin itu berkaitan dengan invasi Rusia di Ukraina. Sampai dengan kegagalan Rusia mengintervensi konflik Azerbaijan dan Armenia.
National Interest menuliskan hal ini membuktikan bahwa Rusia saat ini tidak mempunyai kapasitas untuk bertindak sebagai kekuatan stabilisasi di bidang pasca-Soviet. “Apalagi di Timur Tengah.”
Selain itu, beberapa tanda lain juga menunjukkan bahwa pengaruh Rusia di Timur Tengah diperkirakan telah memudar.
Akan tetapi, hubungan Rusia dan Iran yang semakin berkembang diperkirakan akan menjadi petunjuk mengenai masa depan Rusia di Timur Tengah. Pasalnya, sejak invasi dua tahun lalu dimulai, Rusia telah memperdalam hubungannya dengan Iran.
Bahkan, Iran disebut telah memasok kendaraan tak berawak, rudal balistik hingga jet tempur kepada Moskow. Walaupun hal ini juga telah dibantah oleh Iran.
Perkiraan hubungan ini membuat Rusia berada dalam dua posisi yang berlawanan. Selain menunjukkan semakin kuatnya pengaruh Rusia di Timur Tengah, juga bisa menandakan peran Kremlin yang hanya bergantung pada Iran.
Konflik regional yang lebih luas antara Iran dan Israel akan membatasi kemampuan Teheran memasok segala bentuk senjata ke Rusia.
Sebaliknya, Teheran mungkin akan menuntut banyak dukungan pada Rusia disaat Kremlin justru tak bisa menyediakannya. Mengingat selama ini Kremlin hanya bergantung pada Iran.