PARBOABOA, Jakarta – Curah hujan mengalami peningkatan hingga menyebabkan terjadinya banjar lahar dingin Gunung Semeru di Dusun Kebondeli Selatan, Desa Sumberwuluh, Kec. Candipuro, Kab. Lumajang pada Jumat. (07/7/2023).
Di pagi hari itu, warga Lumajang dikejutkan dengan bencana longsor di Jalur Piket Nol, Candipuro yang menyebabkan satu keluarga terdiri dari ayah, ibu, dan bayi meninggal di tempat karena tertimbun.
Bencana kembali datang pada siang hari sekitar pukul 14.00 WIB, jembatan penghubung Malang-Lumajang di Besukcukit, Sidomulyo, Pronojiwo terputus akibat diterjang banjir lahar dingin Gunung Semeru.
Putusnya jembatan tersebut pun menyebabkan akses dari Malang ke Lumajang lumpuh. Tak hanya itu, banjir lahar dingin Semeru juga meluap hingga ke kawasan persawahan warga dan jalanan umum.
Kabid Rehabilitasi dan Rekonstruksi BPBD Jawa Timur, Satriyo Nurseno mengatakan bahwa hingga Jumat malam pukul 20.00 WIB, ada 4 jembatan yang putus.
Salah satunya adalah jembatan penghubung Malang-Lumajang, sedangkan sisanya yakni, jembatan penghubung Desa Tumpeng dan Desa Nguter di Candipuro, jembatan Kali Regoyo penghubung Desa Jugosari dengan Dusun Kebondeli Selatan di Candipuro, serta jembatan penghubung Desa Kloposawit dengan Desa Tumpeng di Kecamatan Candipuro.
Satriyo menuturkan, akibat putusnya 4 jembatan penghubung ini, sejumlah akses menuju sejumlah lokasi di Lumajang pun ditutup.
393 Warga Mengungsi
Selain menyebabkan jembatan terputus, banjir lahar dingin Gunung Semeru juga memaksa 393 warga Lumajang mengungsi ke tempat yang lebih aman.
393 warga ini terbagi di beberapa titik posko pengungsian, di antaranya adalah di Balai Desa Tumpeng, Balai Desa Penanggal, Balai Desa Jarit, Kantor Kec. Pronojiwo, Balai Desa Tambak, dan rumah warga di Desa Pasrujambe.
Kepala Dinas Sosial, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Lumajang, Dewi Susiyanti menyebut, saat ini dapur umum telah didirikan di Desa Jarit.
Sementara itu, Kasi Humas Polres Lumajang Ipda Novandy Helda Prasetya mengungkapkan, untuk korban jiwa nihil dan kerugian materi belum dapat dipastikan.
Menurutnya, warga mengungsi karena besarnya arus lahar dingin akibat puncak Gunung Semeru yang terus diguyur hujan deras sejak Kamis, 6 Juli 2023.