PARBOABOA, Jakarta – Koordinator Pusat Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI), Muhammad Yuza, mengklaim bahwa sebanyak tujuh mahasiswa alami luka-luka diduga akibat tindakan represif aparat kepolisian.
"Kawan-kawan sekalian kami menjadi korban represifitas ada tujuh orang yang luka-luka. Yang katannya mahasiswa disebut untuk menyampaikan aspirasi akan diberikan kemanan, nyatanya tidak diberikan pengamanan," ujarnya.
Namun, Kepala Kepolisian Resor Jakarta Pusat Komisaris Besar Komarudin membantah tudingan tersebut dan menegaskan bahwa tidak ada satu pun demonstran yang menjadi korban sikap represif aparat.
"Tidak ada. Kami pastikan tidak ada. Kalau dorong-dorongan itu hal yang biasa dalam menyampaikan," tutur Komarudin.
"Intinya bahwa penyampaian tidak dibungkam. Penyampaian pendapat di muka umum diperbolehkan namun ada batasan-batasan lokasi, waktu dan sebagainya," kata dia.
Komarudin juga meminta jangan sampai ada provokasi yang dapat merusak aspirasi yang disampaikan.
“Silakan sampaikan orasi-orasi, sampaikan aspirasinya. Tentunya hindari, antisipasi adanya kelompok-kelompok yang coba
Sementara itu, ribuan anggota BEM SI akhirnya membubarkan diri dari Patung Kuda Arjuna Wiwaha, Jakarta Pusat.
Dari pantauan Parboaboa, massa mulai meninggalkan lokasi sekitar pukul 17.18 WIB setelah menyampaikan sejumlah tuntutan kepada pemerintah, salah satunya menolak kenaikan harga BBM.
"Kami tidak akan pernah selesai menggaungkan suara-suara masyarakat Indonesia sampai titik darah penghabisan," kata Koordinator Pusat BEM SI Muhammad Yuza Augusti.
"Kepada kawan-kawan sekalian, kami terus mengajak kepada kawan-kawan untuk mengawal isu kenaikan BBM sampai kita mendapatkan keadilan," lanjutnya.
Perwakilan Kantor Staf Presiden (KSP) pun sempat menemui massa dan berbicara dari atas mobil komando untuk menyampaikan pernyataan dari pemerintah.
"Saya ditugaskan langsung oleh pimpinan untuk mendengarkan apa yang teman-teman ingin sampaikan. Ini nanti akan kita catat dan kita sampaikan," tutur Abraham di hadapan massa.
Namun, pernyataan itu disambut sorakan kecewa dari massa aksi. Para mahasiswa meminta agar tuntutan mereka didengarkan langsung oleh Presiden RI Joko Widodo.
Meski demikian, peserta aksi tetap menyampaikan tuntutan kepada Abraham selaku perwakilan KSP. Salah satu orator menanyakan alasan pemerintah tak kunjung mencabut kebijakan kenaikan harga BBM dan seolah tidak mendengar protes dari rakyat.
"Pemerintah tidak mau menaikkan harga BBM. Teman-teman ini kan mahasiswa, bisa cek di berbagai dokumen pemerintah," kata Abraham yang langsung disambut teriakan protes dari massa.
"Besaran anggaran subsidi dan kompensasi energi Rp188 triliun, itu tahun lalu. Tahun ini, tahun 2022, anggarannya naik menjadi Rp502 triliun," lanjut Abraham.
Namun, massa tidak puas dengan jawaban tersebut. Mereka terus meneriakkan protes selama Abraham menyampaikan penjelasan.
"Bohong! Bohong! Bohong!" teriak massa beramai ramai.
Saat Abraham diminta menyetujui tuntutan aksi, ia menolak dan beralasan bahwa hal itu merupakan ranah pemerintah dan DPR. Ia pun akhirnya turun dari mobil komando lalu meninggalkan wilayah Patung Kuda. Kepergiannya tak luput dari sorakan kecewa massa aksi.