PARBOABOA, Jakarta – Serangan jantung tidak hanya dialami oleh orang yang sudah lanjut usia, tetapi juga dapat terjadi pada usia muda.
Namun, menurut Dokter Spesialis Penyakit Dalam, Selly Aman Nasution, masih banyak anak muda yang kurang menyadari pentingnya memahami penyebab dan risiko penyakit jantung.
Jika ini terus berlanjut, maka harapan untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045 hanyalah sekadar angan-angan.
"Makanya sayang generasi penerus kita tidak seperti yang diharapkan kualitas kesehatannya," papar Selly, Selasa (26/12/2023).
Setidaknya, kata dia, anak muda secara umum harus mengetahui faktor-faktor risiko gejala penyakit jantung dan mengenali tanda-tanda seseorang yang berisiko serta yang sehat.
"Jantung sendiri adalah organ yang tidak bisa beristirahat, berbeda dengan mulut, lambung dan lainnya yang bisa beristirahat," tutur Ketua Umum Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) itu.
Karenanya, penting untuk memelihara kesehatan jantung dengan hal sederhana seperti mengetahui risiko gejala serangan jantung.
Serangan jantung bisa seperti mendadak henti jantung hingga meninggal dunia, yang faktornya bisa disebabkan karena genetik, gangguan irama, hingga kelainan anatomis dan lainnya.
Serangan jantung atau infark miokard merupakan kondisi yang disebabkan aliran darah ke otot jantung yang terhambat, bahkan terhenti.
"Disebabkan oleh proses aterosklerosis yakni penumpukan lemak, kolesterol, dan zat lain (plak) yang menyebabkan penyempitan pembuluh darah jantung," papar Selly.
Terpenting diketahui bahwa penyempitan pembuluh darah bisa dalam waktu yang lambat dan cepat. Sehingga ketika pembuluh darah mengalami penyumbatan tiba-tiba, maka hal itu disebut sebagai serangan jantung.
Serangan jantung sendiri memiliki beragam macam istilah, yakni mulai dari penyakit jantung koroner, penyakit arteri koroner, penyakit jantung iskemik, hingga angina pektoris.
Fakta Serangan Jantung
Selly menjabarkan, berdasarkan laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bahwa penyakit kardiovaskular merupakan penyebab utama kematian secara global.
Selain itu, per Tahun 2019 sebanyak 17,9 juta kematian dengan usia kurang dari 70 tahun disebabkan penyakit tidak menular, di mana penyakit kardiovaskular berkontribusi sebesar 38 persen.
"Di tahun 2019 tersebut, penyakit kardiovaskular menyumbang 32 persen kematian global, 85 persennya meninggal karena serangan jantung dan stroke," sambung dia.
Berdasarkan tren aktivitas fisik orang dewasa di atas 18 tahun, dalam tentang 1998-2018 terjadi penurunan drastis.
Salah satu isu yang dikatakan penyebab serangan jantung ini muncul pada anak muda disebabkan aktivitas fisik yang kurang.
"Apalagi sejak pandemi, depan komputer terus, ternyata sejak pandemi pun banyak bekerja berjam-jam di depan komputer. Bahkan untuk exercise saja waktunya gak cukup," paparnya.
Obesitas sendiri menjadi salah satu yang paling menjadi sorotan dalam penyebab terjadinya serangan jantung. Apalagi kata dia, kini obesitas juga sering terjadi pada anak-anak dan remaja.
Termasuk serangan jantung pada anak muda disebabkan oleh diabetes baik itu tipe satu maupun tipe dua.
"Pengaruh serangan jantung juga bisa disebabkan karena obesitas, diabetes, pola makan dan lain sebagainya," tuturnya.
Sejatinya, sejak dini kesehatan harus diperhatikan karena akan berpengaruh pada kinerja fisik di usia produktif atau di usia 30-45 tahun.