PARBOABOA, Jakarta - Hutan Leuweung Sancang, yang terletak di ujung Kabupaten Garut, telah menjadi buah bibir dan lokasi penuh misteri di Indonesia.
Terkenal dengan keangkerannya, hutan ini juga merupakan tempat legendaris yang diyakini menjadi lokasi menghilangnya Prabu Siliwangi, raja Kerajaan Sunda, bersama pasukan harimaunya.
Meskipun memiliki cerita mistis, Leuweung Sancang juga mengandung keindahan alam yang luar biasa tempat istimewa bagi flora dan fauna langka.
Dilansir dari Channel Youtube Adrasa ID pada Rabu, 07/08, Hutan Leuweung Sancang dikenal sebagai cagar alam sejak tahun 1959, mencakup wilayah sekitar 2.157 hektar, dan kemudian diperluas menjadi 2.313 hektar pada tahun 2014.
Kawasan ini mencakupi hutan dataran rendah, hutan mangrove, dan hutan pantai, yang dilengkapi sungai yang masih alami dan pantai yang indah.
Secara administratif, hutan ini terletak di desa Sancang, Kecamatan Cibalong. Hutan ini juga berbatasan langsung dengan Samudra Hindia dan Kabupaten Tasikmalaya.
Hutan ini menjadi langka karena di dalamnya terdapat flora dan fauna langka yang terancam punah.
Diantaranya, pohon kaboa yang hanya hidup di hutan, beserta satwa endemik seperti Owa Jawa dan Macan Tutul Jawa.
Leuweung Sancang menawarkan pesona dan khasnya sendiri, termasuk sungai yang masih alami dan pantai-pantai yang indah.
Hutan ini juga menjadi rumah untuk berbagai jenis flora, termasuk pohon raksasa, batu-batu besar, dan tebing-tebing curam yang memperkaya lanskapnya.
Keberadaan hutan ini memberikan habitat yang vital bagi flora dan fauna yang hanya bisa ditemui di sini.
Selain sebagai tempat legendaris, Leuweung Sancang juga menjadi tujuan wisata religi yang cukup banyak diminati.
Bagaimana tidak, banyak tempat di hutan ini dijadikan destinasi untuk berziarah dan berwisata spiritual, seperti Goa Sancang dan hutan Rancakalong.
Tempat-tempat ini menjadi pusat perhatian bagi wisatawan dan penganut kepercayaan tertentu.
Keberagaman alaminya, menjadi salah satu daya tarik utama hutan ini.
Di dalam kawasan Leuweung Sancang terdapat flora langka seperti pahalar dan warajit, serta fauna seperti rusa dan merak. Bahkan, hanya di hutan ini bisa ditemukan pohon kapua yang hidup.
Tradisi lokal seperti Syukuran Laut juga menggambarkan hubungan erat masyarakat dengan alam di sekitarnya.
Pesta rakyat ini dilakukan sebagai ungkapan syukur atas anugerah yang diberikan oleh Tuhan melalui melimpahnya hasil laut.
Walau demikian, kenyataan saat ini, Leuweung Sancang menghadapi ancaman nyata dari aktivitas manusia, terutama perburuan liar.
Populasi flora dan fauna langka terus mengalami penurunan akibat kegiatan manusia yang merusak habitat mereka.
Fakta Hutan Leuweung Sancang
1. Cagar Alam
Merujuk pada Surat Keputusan Nomor 116/Um/59 dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Leuweung Sancang telah ditetapkan sebagai cagar alam dan konservasi dengan luas wilayah mencapai 2.157 hektare.
Surat keputusan tersebut kemudian diperbarui dengan SK.1860/Menhut-VII/KUH/2014 yang menetapkan luas Leuweung Sancang menjadi 2.313,90 hektare.
Area Leuweung Sancang ini mencakup hutan dataran rendah, hutan mangrove, dan hutan pantai.
Oleh karena itu, keanekaragaman hayati di tempat ini tergolong tinggi. Atas dasar alasan tersebut, maka semua yang ada di dalamnya harus dijaga kelestariannya.
2. Kekayaan Flora
Di Hutan Sancang tumbuh berbagai kekayaan flora seperti Palahlar atau yang dikenal juga dengan Plahlar atau Pelahlar (dipterocarpus).
Ini merupakan salah satu tanaman endemik di Pulau Jawa dan bisa ditemukan di Leuweung Sancang maupun Hutan Nusakambangan.
Kemudian ada juga Warejit (excoecaria agallocha), jenis tanaman yang mengandung racun dan berbahaya bagi manusia.
Mahasiswa dari Institut Pertanian Bogor (IPB) pernah melakukan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan di Cagar Alam Leuweung Sancang.
Salah satu yang menarik adalah rafflesia patma, tumbuhan parasit dari genus rafflesia yang endemik dan dilindungi, dengan status yang terbilang langka.
Flora lain di Leuweung Sancang yang jarang ditemukan di tempat lain adalah pohon kaboa. Keberadaan pohon ini terbilang tidak ditemukan lagi di hutan lain, hanya ada di Hutan Sancang.
Pohon ini memiliki mitos sebagai jelmaan dari pasukan Prabu Siliwangi, sehingga sering dikaitkan dengan kekuatan magis.
3. Kekayaan Fauna
Fauna yang hidup di Hutan Sancang juga terbilang sangat beragam. Misalnya lutung, owa jawa, monyet ekor panjang, surili, dan kukang.
Terdapat pula berbagai spesies burung seperti rangkong, merak, ayam hutan, tohtor, raja udang, dan lain-lain.
Salah satu mamalia terbesar di Hutan Sancang adalah banteng (bos javanicus), namun keberadaannya kian jarang ditemui.
Mamalia lainnya yang hidup di sini adalah jenis macan tutul (panthera pardus melas).
4. Legenda Prabu Siliwangi
Hutan Sancang yang berada di selatan Kabupaten Garut juga memiliki hubungan erat dengan legenda Prabu Siliwangi.
Di tempat ini, dikisahkan bahwa Prabu Siliwangi berhenti dari kejaran Kian Santang, anaknya sendiri.
Berdasarkan cerita rakyat, Kian Santang memeluk Agama Islam dan mengajak Prabu Siliwangi untuk memeluk Agama Islam.
Namun karena menolak, Prabu Siliwangi melarikan diri untuk menghindari pertempuran dengan anaknya sendiri.
Akhirnya, karena terdesak, Prabu Siliwangi dan pengikutnya berubah menjadi Maung Sancang.
Di kawasan ini, konon ada sebuah tempat yang tidak bisa dimasuki. Kawasan hutan perawan ini telah banyak memakan korban, dan siapapun yang masuk rata-rata tidak bisa kembali.