PARBOABOA - Harimau! Harimau!, sebuah karya monumental Mochtar Lubis yang pertama kali diterbitkan pada tahun 1975, adalah novel yang tetap relevan hingga saat ini.
Meskipun telah berlalu hampir lima dekade, tema, konflik, dan pesan moral yang diusungnya tidak lekang oleh waktu.
Cerita ini mengisahkan perjuangan sekelompok pencari damar yang harus bertahan hidup di hutan belantara Sumatra di bawah pimpinan Wak Katok.
Namun, ancaman terbesar mereka bukan hanya dari alam liar, tetapi dari seekor harimau yang berkeliaran di sekitar mereka.
Harimau tersebut menjadi ujian tak hanya bagi fisik, tapi juga mental dan moralitas setiap anggota kelompok.
Dalam situasi genting ini, mereka dipaksa untuk menghadapi ketakutan dan keberanian pada titik ekstrem, menguji batas-batas kemanusiaan mereka.
Keberanian dan Ketakutan
Tema keberanian dan ketakutan menjadi inti cerita yang terus beresonansi hingga kini. Mochtar Lubis dengan cermat menggambarkan bahwa ketakutan, dalam situasi ekstrem, dapat merusak rasionalitas dan mempengaruhi keputusan seseorang.
Sebuah studi psikologi tentang dampak ketakutan menunjukkan bahwa dalam kondisi penuh tekanan, manusia cenderung kehilangan kemampuan berpikir logis, terperangkap dalam respons insting semata.
Hal ini tergambar jelas dalam perilaku karakter-karakter dalam novel ini yang, pada titik-titik krusial, seringkali memilih tindakan berdasarkan rasa takut ketimbang keberanian.
Namun, Mochtar juga menunjukkan bahwa hanya dengan keberanian seseorang dapat mengatasi ketakutan tersebut, meskipun tidak ada jaminan kemenangan.
Setiap karakter dalam novel ini, mulai dari Wak Katok hingga para pencari damar lainnya—harus menghadapi ketakutannya masing-masing, baik itu ketakutan akan kegagalan, ketidakpastian, ataupun ketakutan terhadap diri sendiri.
Penelitian dari Journal of Personality and Social Psychology menunjukkan bahwa keberanian sering kali muncul bukan karena hilangnya rasa takut, tetapi karena keinginan untuk bertindak meski dalam ketakutan.
Simbolisme Harimau
Harimau dalam novel ini tidak hanya berfungsi sebagai ancaman fisik. Ia juga merupakan simbol yang lebih dalam dari ketakutan manusia akan kekuatan yang berada di luar kendali mereka.
Mochtar Lubis dengan cerdas menggunakan harimau sebagai metafora untuk menyoroti sifat dasar manusia yang egois dan korup.
Data dari Transparency International menunjukkan bahwa korupsi sering kali memuncak ketika individu atau kelompok merasa terancam dan memprioritaskan kepentingan pribadi di atas kepentingan umum.
Dalam Harimau! Harimau!, dinamika kekuasaan dan ketidakpedulian menjadi sorotan tajam Lubis.
Ketika kelompok pencari damar berada dalam situasi genting, mereka dihadapkan pada pilihan-pilihan yang didorong oleh kepentingan pribadi, sering kali mengesampingkan tanggung jawab moral.
Ketegangan antara kepentingan pribadi dan tanggung jawab kolektif ini adalah salah satu tema besar yang terus relevan di banyak masyarakat, terutama di Indonesia yang terus bergulat dengan masalah korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan.
Hutan belantara Sumatra yang menjadi latar utama cerita bukan hanya sekadar latar fisik, tetapi juga memiliki peran simbolis yang mendalam. Hutan ini menggambarkan isolasi, ketidakpastian, dan ketakutan yang tidak dapat dikendalikan manusia.
Dalam novel ini, Lubis berhasil membangun suasana yang mencekam, seolah-olah pembaca sendiri merasakan terjebak di antara ancaman harimau dan konflik batin para tokoh.
Alam, dalam karya Lubis, sering kali digambarkan sebagai kekuatan besar yang berada di luar jangkauan manusia, sebuah konsep yang juga banyak didiskusikan dalam kajian ekologi sastra.
Penghargaan
Karya Harimau! Harimau! menerima Penghargaan Sastra ASEAN pada tahun 1979, sebuah pengakuan atas dampak besar yang ditimbulkan novel ini dalam dunia sastra.
Penghargaan tersebut menunjukkan bahwa Harimau! Harimau! bukan hanya novel yang menggugah, tetapi juga karya yang diakui kualitasnya di tingkat internasional.
Meskipun sudah lebih dari empat dekade berlalu sejak pertama kali diterbitkan, novel ini tetap relevan dalam menggambarkan tema-tema universal seperti ketakutan, keserakahan, dan perjuangan moral.
Dalam situasi dunia yang semakin kompleks, di mana ancaman datang dari berbagai arah, baik fisik maupun mental, kisah dalam novel ini memberikan refleksi mendalam tentang bagaimana manusia bereaksi dalam menghadapi tantangan hidup yang tak terduga.
Mochtar Lubis dengan cerdas menunjukkan bahwa situasi genting adalah saat di mana karakter sejati seseorang akan terungkap—apakah mereka akan memilih untuk tetap teguh pada prinsip moral mereka, atau menyerah pada ketakutan dan egoisme.
Lubis melalui novel ini seakan mengajak kita untuk merenungkan: ketika dihadapkan pada tantangan hidup, apakah kita akan berani menghadapi ketakutan, atau justru tunduk pada kelemahan?
Novel Harimau! Harimau! tetap menjadi karya yang menginspirasi dan relevan hingga kini, menawarkan cermin untuk kita melihat bagaimana kita akan bertindak dalam menghadapi tantangan yang mungkin datang dalam kehidupan kita sendiri.
Penulis: Dea Pitriyani
Editor: Wanovy