PARBOABOA, Medan – Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbud-Ristek) Nadiem Makarim meminta agar sekolah segera mengadakan pembelajaran tatap muka meski pandemi virus Corona belum berakhir.
Nadiem beralasan, pembelajaran jarak jauh (PJJ) dapat berdampak luar biasa terhadap siswa. Nadiem awalnya menyebut anak-anak di Indonesia kehilangan satu tahun pembelajaran sebagai efek PJJ saat pandemi virus Corona.
"Semua riset kita telah membuktikan bahwa anak-anak Indonesia telah kehilangan satu tahun pembelajaran. Mau buat PJJ (pembelajaran jarak jauh) atau tidak. Bagi yang PJJ rata-rata kehilangan satu tahun pendidikan," kata Nadiem saat rapat di rumah dinas Gubsu, Medan, Senin (25/10).
Nadiem mengatakan, dampak dari kehilangan pembelajaran ini bisa permanen dan akan menyebabkan hilangnya pengetahuan anak (learning loss).
"Dampak ini bisa sekali permanen, dan bisa menciptakan, kalau tidak berhentikan secepat mungkin, dengan aman, ini bisa menciptakan learning loss terbesar dalam sejarah Indonesia. Karena belum pernah selama ini," ucap Nadiem.
Nadiem mengatakan pandemi ini juga mengakibatkan sejumlah anak putus sekolah. Nadiem juga menyebut sejumlah sekolah swasta mengeluh karena siswa tidak membayar uang sekolah karena dilakukannya PJJ.
"Seperti arahan Presiden, prioritasnya adalah segera mengakselerasi vaksinasi, menjaga protokol kesehatan yang ketat, tetapi sekolah harus tatap muka," tuturnya.
Untuk itu Nadiem meminta agar segera dilakukan sekolah tatap muka termasuk untuk tingkat SD dan PAUD. Nadiem menilai anak-anak di tingkat SD dan PAUD yang paling membutuhkan PJJ.
"Termasuk SD dan PAUD. Karena SD dan PAUD walaupun anaknya tidak boleh divaksinasi, mereka adalah yang paling rentan mengalami penurunan dampak permanen dari PJJ," jelas Nadiem.
Semakin muda semakin butuh sekolah tatap muka. Nadiem berharap agar Sumatera Utara dapat mengakselerasi hal tersebut.