PARBOABOA, Jakarta - Indonesia dan Brasil dikabarkan bakal menjalin kerja sama pengembangan peternakan dan pengadaan sapi di Tanah Air.
Hal tersebut diketahui setelah Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, melakukan kunjungan ke Brasil beberapa waktu lalu.
"Selain kerja sama di bidang lingkungan, kami juga membicarakan kerja sama pengembangan peternakan dan pengadaan daging di Indonesia," kata Luhut di Instagram pribadinya @luhut.pandjaitan, dikutip Paraboaboa.com, Rabu (16/8/2023).
Luhut menjelaskan, pertemuan kedua negara mengarah pada sebuah kesepakatan impor sapi pejantan dan anak sapi yang nantinya dikembangbiakkan di dalam negeri.
Menurut Luhut, kerjasama ini tidak terlepas dari usaha pemerintah untuk meningkatkan kualitas peternakan sapi di Indonesia agar semakin maju, mengingat, kualitas sapi dalam negeri dianggap menurun.
Kendatipun demikian, ada sejumlah persoalan yang dihadapi dalam kaitannya dengan pengembangan peternakan sapi di Indonesia, seperti isu Penyakit Mulut dan Kuku (PMK), sistem regulasi, serta metode untuk memperbanyak sapi di tingkat peternak.
Jalan Panjang Swasembada Daging Sapi
Rencana pengembangan peternakan sapi di Indonesia sebetulnya sudah digagas sejak tahun 2000 silam. Saat itu, melalui Program Kecukupan Daging Sapi, pemerintah menargetkan swasembada daging sapi pada 2005 hingga bisa memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Sayangnya, gagasan besar tersebut harus terhenti lantaran sejumlah kendala, seperti minimnya anggaran dan maraknya pemotongan sapi betina di Indonesia.
Tak berhenti di situ, pemerintah kemudian melanjutkan program tersebut dengan skema pengembangan yang baru yang dikenal dengan Program Percepatan Pencapaian Swasembada Daging Sapi.
Saat itu, pemerintah menargatekan program tersebut akan terealisasi pada tahun 2010. Sejumlah langkah strategis mulai dikembangkan, mulai dari optimalisasi kelahiran, penyediaan bibit bermutu, dan penguatan seumber daya manusia.
Lagi-lagi, langkah strategis operasional tersebut belum juga mampu terealisasi dengan baik. Indonesia masih bergantung pada impor sekitar 30 persen. Hal ini tentu masih jauh dari harapan, mengingat, kesuksesan sebuah negara dalam swasembada jika mampu memenuhi pasokan domestik minimal 90 persen.
Dengan harapan menjadi salah satu negara yang mendiri dan mampu memenuhi pasokan domestik, pemerintah kembali menggulirkan sejumlah program dengan target capaian pada tahun 2022.
Sayangnya, hingga saat ini, Indonesia lagi-lagi tak mampu merealisasikan programnya tersebut. Sokongan impor sapi dari luar negeri masih dibutuhkan demi mememnuhi pasokan domestik.
Merujuk data Outlook Daging Sapi 2022 Kementerian Pertanian, produksi daging sapi lokal mengalami penurunan pada tahun 2022 menjadi 61% jika dibadaningkan dengan tahun 2017 yakni 76,6%.
Data tersbut juga menunjukkan, pada periode tersebut, volume produksi daging sapi dalam negeri terus mengalami penyusutan dari 486.300 ton menjadi 440.700 ton.
Pada saat bersamaan, porsi impor daging dari luar negeri semakin meningkat, yakni dari 25,7 persen menjadi 34,4 persen. Data ini menunjukkan, bahwa kondisi tersebut masih belum mengalami perubahan signifikan jika dibandingkan dengan satu dekade silam.
Bahkan, dapat dikatakan relatif terjadi kemunduran. Pasalnya, proporsi impor terus meningkat seiring dengan volumenya yang juga kian bertambah, dari 163.000 ton menjadi 248.000 ton pada periode yang sama.
Setelah beragam program digulirkan namun tak kunjung terealisasi, pemerintah kini kembali mendesain program swasembada daging sapi dengan menggandeng Brasil untuk melakukan pengembangan peternakan di Indonesia.