PARBOABOA – Pakar Pendidikan Surabaya mempertanyakan kebijakan pemerintah kota (pemkot) menghapus PR bagi siswa SD dan SMP yang digantikan dengan pendiidkan karakter selama 2 jam.
Menurutnya, karakter bukan menjadi topik sendiri, tapi melekat pada apa yang dikerjakan siswa. Bahkan, dalam mata pelajaran PPKN juga ada pendidikan agama, olahraga hingga pendidikan karakter serta kerjasama.
Pendidikan karakter telah diintegrasikan di semua mata pelajaran. Contohnya guru fisika yang juga memberikan pendidikan karakter disiplin, kerja keras, kerja kelompok dan tidak diteorikan.
"Pendidikan karakter yang bagus itu namanya school culture. Yakinlah kalau sekolahannya itu bersih, gurunya santun, jamnya tertib, anak juga ikut (Bersih, santun dan tertib). Disiplin karakter apa, kerja keras, kerja kelompok, kerja sama itu bukan teori,” kata Pakar Pendiidkan sekaligus Guru Besar Manajemen Pendidikan Universitas Negeri Surabaya, Muchlas Samami, Senin (24/10/2022).
“Jadi saya tidak sependapat ada pelajaran karakter ngadek dewe (Berdiri sendiri). Meski itu ke integrasi pelajaran, semua guru berkarakter dan semua pelajaran diberikan ruh karakter," sambungnya.
Muchlas menyebut perlu ada klarifikasi, PR itu nantinya seperti apa dan jika membebani peserta didik dengan soal-soal, maka perlu dihapus.
"Sekarang sudah banyak di YouTube, pelajaran dari segala macam itu bisa dipelajarkan di rumah dan di sekolah, tinggal diskusi. PR ndak bisa dihilangkan, karena bayangan saya sekarang ini sebenarnya itu di sebagian jam sekolah bisa di rumah dan di mana saja, bisa belajar dari internet atau proyek manapun di luar sekolah. Tapi itu bagian dari pelajaran," jelasnya.
Menurutnya, PR jangan hanya dilihat di luar sekolah. Tapi bisa diberikan tugas kelompok untuk meneliti kenapa dikampungnya terjadi banjir. Hal itu tentunya akan memompa kemampuan kritis analisis siswa.
"PR itu bisa memompa kemampuan berpikir kritis analisis. Tapi kalau PR menambahi beban ya monggo dihapus. Jangan melihat nama PRnya, tapi isinya apa. Kalau PR saya nggak setuju dihapus, karena dikerjakan di luar sekolah,” jelasnya.
”Kalau PR itu diberi tugas dan soal-soal itu memang nggak perlu. Full day itu tidak harus semua di sekolah, memang belajar seharian tapi bisa di mana-mana. Pertanyaaan saya, di mana-mana itu PR atau bukan," imbuhnya.
Sebelumnya, Dinas Pendidikan (Dispendik) Surabaya akan membebaskan siswa dari pekerjaan rumah atau disebut PR. Bebas PR ini akan diterapkan guna mengurangi beban tugas bagi pelajar SD dan SMP, sehingga waktu belajar anak hanya di sekolah saja.
Pemkot dan Dispendik Surabaya akan menerapkan penghapusan PR ini bertepatan dengan hari Pahlawan pada 10 November mendatang. Meski PR dihapus, Dispendik Surabaya akan menggantinya dengan menambah 2 jam pelajaran pendidikan karakter.