PARBOABOA, Pematangsiantar - Proyek pengadaan gorden 505 rumah dinas DPR di Kalibata yang bernilai hingga Rp 43,5 miliar menuai sorotan publik, setelah diputuskan dimenangkan oleh PT Bertiga Mitra Solusi.
Padahal PT Bertiga Mitra Solusi adalah perusahaan yang memberikan penawaran tertinggi untuk proyek ini, dibandingkan dua perusahaan lainnya yang ikut tender.
Dikutip dari situs LPSE DPR RI, ada 3 peserta tender dalam proyek ini, yaitu PT Bertiga Mitra Solusi menawarkan harga lelang Rp 43,5 miliar, kemudian PT Panderman Jaya menawarkan harga Rp 42,14 miliar, dan PT Sultan Sukses Mandiri menawarkan Rp 37,79 miliar.
Padahal sebelumnya, saat proyek gorden rumah dinas DRP ini baru terungkap saja, protes sudah dilayangkan banyak pihak. Ditambah lagi dengan keputusan pemenang tender yang dianggap janggal, protes semakin deras bermunculan.
Salah satu pihak yang tidak menyetujui pengadaan gorden rumah dinas ini disampaikan oleh Juru Bicara DPP PSI Furqan AMC.
Furqan menyampaikan ada sejumlah kejanggalan dalam proyek ini, yaitu harganya sangat fantastis, jauh lebih tinggi dari harga pasar.
"Ketika kami survei ke pasar, dengan harga belasan juta saja sudah bisa dapat gorden yang bagus," ujarnya, Selasa (10/5).
Selain itu, proyek penggantian gorden ini seharusnya dapat dilakukan oleh masing-masing anggota dewan yang tinggal di rumah dinas saja.
Ketiga, kejanggalan juga terjadi di pemilihan pemenang tender, menurutnya tender dilakukan untuk mencari yang termurah bukan sebaliknya.
"Ketiga, dilihat dari situs LPSE (Layanan Pengadaan Secara Elektronik) DPR RI pemenang tendernya malah yang memberikan penawaran tertinggi yaitu 43,5 M dan tak ada keterangan spesifikasinya. Logikanya kan tender itu mencari yang termurah untuk spek yang sama," ungkapnya.
Dia juga menilai aneh karena PT Bertiga Mitra Solusi yang bergerak di bidang IT memenangkan proyek pengadaan perlengkapan rumah tangga (gorden).
Kelima, ketika ditelusuri website PT. Bertiga Mitra Solusi domainnya baru teregistrasi 25 Maret 2022, itupun cuma untuk satu tahun. Terkesan sangat dadakan menjelang tender.
Senada dengan yang disampaikan Furqan AMC, peneliti Formappi Lucius Karus juga mempertanyakan mengenai alasan pemilihan perusahaan yang bergerak di bidang IT menjadi pemenang tender proyek ini.
"Bagaimana bisa perusahaan IT mengerjakan proyek interior? Apa pula alasan perusahaan yang tidak berkualifikasi mendapatkan proyek gorden tersebut?" ujar Lucius dikutip dari GenPI.co, Kamis (12/5).
Kemudian juga heran dengan alasan pemenang tender merupakan perusahaan yang mengajukan harga paling mahal.
"Hal itu jelas melawan prinsip mencari untung. Biasanya proses tender dilakukan supaya bisa memilih yang paling murah, tetapi tetap berkualitas," tuturnya.
Masih banyak komentar lainnya mengenai proyek gorden rumah dinas DPR ini. Bagaimana pendapatmu mengenai proyek ini?