PARBOABOA – Indonesia memiliki keragaman etnis yang memberikan warisan adat, budaya, seni, dan tradisi unik.
Dengan lebih dari 17.000 pulau dan ratusan suku bangsa, Indonesia menjadi tempat di mana berbegai budaya tumbuh dan berkembang.
Setiap wilayah memiliki tradisi dan warisan kulturalnya sendiri yang penting dalam memperkaya budaya, membangun identitas komunitas, dan menghubungkan generasi dengan leluhur.
Tradisi di Indonesia ada untuk merayakan suatu peristiwa, menghormati alam, menjaga norma sosial, dan memperkuat ikatan sosial.
Bahkan, beberapa jenis tradisi di Indonesia masih berlanjut hingga kini dan terus dilestarikan. Apa sajakah itu? Yuk, simak selengkapnya pada ulasan di bawah ini!
1. Meruncingkan Gigi
Asal daerah: Sumatra Barat
Tradisi Gigi Taratak suku Minangkabau di Sumatra Barat adalah meruncingkan gigi depan dengan alat khusus bernama Galombang.
Biasanya dilakukan saat remaja mencapai pubertas. Contoh tradisi di Indonesia yang satu ini memiliki berbagai makna, seperti simbol kecantikan, menghormati adat, dan persiapan pernikahan.
Namun, praktik ini semakin langka karena pengaruh sosial dan tren global. Beberapa menyadari dampak negatif pada kesehatan gigi dan mulut.
2. Potong Jari
Asal daerah : Papua
Salah satu Tradisi di Indonesia, potong jari terdapat di beberapa suku Papua, khususnya di Pegunungan Tengah dan Papua Barat.
Praktik ini melibatkan pemotongan jari sebagai ungkapan duka atas kematian orang terdekat.
Meskipun memiliki makna budaya, praktik ini kontroversial dan dihadapi penentangan hak asasi manusia.
Terjadi di wilayah terpencil dan berkaitan dengan kepercayaan adat.
Bagi beberapa suku, ini simbol kedukaan dan penghormatan arwah.
Namun, tradisi potong jari ini menuai kritik nasional dan internasional karena dampak buruknya pada kesehatan dan hak asasi manusia, terutama anak-anak. Upaya dilakukan untuk menghentikan praktik ini.
3. Ma’nene
Asal daerah : Sulawesi Selatan
Tradisi di indonesia bernama Ma'nene berasal dari Toraja di Sulawesi Selatan, merupakan Ritual Pemakaman Sekunder yang artinya menghormati leluhur yang telah meninggal.
Dalam tradisi Ma'nene, jenazah diambil dari kuburan, dimandikan, diberi pakaian baru, dan ditempatkan kembali di peti mati. Kerabat berkumpul untuk menghormati leluhur.
Ritual ini biasanya dilakukan saat Rambu Solo, waktu berkumpul dan merayakan. Kontroversi muncul karena dianggap ganggu siklus alamiah.
Bagi masyarakat Toraja, ini penting dan mencerminkan hubungan antara dunia hidup dan roh.
4. Tiwah
Asal daerah : Kalimantan Tengah
Tiwah merupakan tradisi di Indonesia yang berasal dari Kalimantan Tengah. Tradisi suku Dayak adalah upacara pemakaman adat yang memiliki makna spiritual dan sosial dalam budaya mereka.
Ini melibatkan penyelidikan kematian, pemotongan tubuh, pemakaman sementara, dan upacara Tiwah yang berlangsung beberapa hari.
Ritual tarian, nyanyian, pengorbanan hewan, serta penguburan jenazah yang telah diawetkan adalah fokus utamanya.
Tradisi ini menghormati roh almarhum dan mempersatukan keluarga serta komunitas.
Setelah upacara, almarhum bergabung dengan nenek moyang, menandai akhir proses dan penghormatan.
5. Tatung di Singkawang
Asal Daerah: Singkawang, Kalimantan Barat
Tradisi Tatung di Singkawang, Kalimantan Barat, adalah bagian penting budaya Tionghoa-Indonesia.
Medium Tatung menjadi perantara dengan roh leluhur dan dewa, menghadirkan kekuatan supernatural.
Terkait dengan Imlek dan acara agama Tionghoa, medium Tatung tampil dalam pertunjukan mistis dan juga menjalankan peran spiritual serta sosial, seperti pemberkatan dan pengusiran roh jahat.
Sebagai penghubung antara manusia dan roh, medium Tatung memberikan nasihat atas nama dewa dan leluhur.
Tradisi ini bernilai budaya dan spiritual dalam komunitas Tionghoa Singkawang, namun menghadapi tantangan dari perubahan sosial, ekonomi, dan budaya.
6. Kebo-keboan
Asal daerah : Banyuwangi, Jawa Timur
Kebo-Keboan adalah upacara unik di Banyuwangi, Jawa Timur, di mana orang berpakaian seperti kerbau untuk merayakan musim tanam baru dalam tradisi pertanian.
Tradisi "Kebo-Keboan" di Banyuwangi mengandung simbol pertanian dan hubungan manusia dengan alam.
Orang-orang berpakaian kerbau dalam upacara ini untuk menghormati peran kerbau dalam pertanian.
Mereka melakukan gerakan khas kerbau dan ritual doa, menghubungkan generasi dan menjaga warisan budaya.
Tradisi di Indonesia ini mencerminkan penghargaan pada kerbau dan menghadapi tantangan dalam kelangsungannya.
7. Seba di Banten
Asal daerah : Banten
Di era modern seperti sekarang, teknologi menjadi tidak terpisahkan. Namun, suku Baduy berbeda karena mereka secara sengaja menjauhkan diri dari perubahan zaman.
Selain menolak modernisasi, suku Baduy di Banten memiliki tradisi unik yang disebut Seba.
Seba adalah tradisi di mana suku Baduy berjalan kaki sejauh 100 kilometer pada waktu tertentu untuk bersilaturahmi dan memberikan hasil panen kepada Ibu Gede dan Bapak Gede, yang merujuk pada Bupati Lebak dan Gubernur Banten.
8. Titi atau Menato Tubuh
Asal daerah : Sumatra
Tradisi di Indonesia bernama Titi, berasal dari suku Mentawai di Sumatra, adalah seni tato tradisional sarat makna spiritual dan budaya.
Tato bukan sekadar hiasan, melainkan simbol sosial dan identitas suku. Setiap tato merepresentasikan tahapan hidup, prestasi, serta hubungan dengan alam dan roh leluhur.
Titi menjadi komunikasi visual sehari-hari yang menghubungkan suku dengan leluhur, alam, dan roh.
Prosesnya melibatkan pengukiran tato alami pada kulit dengan alat sederhana, menghasilkan gambar estetis dan makna mendalam.
Namun, di era modern, tradisi di Indonesia ini dihadang oleh pengaruh luar dan perubahan gaya hidup, yang membutuhkan upaya pelestarian dan kesadaran akan pentingnya menjaga warisan budaya ini untuk masa depan.
9. Bakar Tongkang
Asal daerah : Riau
Tradisi Bakar Tongkang berasal dari Riau, sebagai bagian penting budaya Melayu setempat.
Acara ini melibatkan penyembelihan kerbau dan pembakaran kapal kayu tongkang, sering dalam acara penting seperti pernikahan.
Proses dimulai dengan penyembelihan kerbau oleh ahli sembelih. Kerbau dimasak dan dihidangkan. Pembakaran tongkang sebagai puncak upacara, diiringi musik dan tarian tradisional serta kehadiran kerumunan masyarakat.
Ritual dan doa sebelum pembakaran berfungsi untuk permohonan berkah dan keberuntungan.
10. Sigajang Laleng Lipa
Asal daerah : Sulawesi Selatan
Tradisi Sigajang Laleng Lipa Suku Bugis adalah praktik ekstrem yang berbahaya dan sering berakibat korban jiwa.
Umumnya dilakukan sebagai opsi terakhir setelah cara lain tidak berhasil menyelesaikan konflik.
Dalam tradisi ini, dua pihak yang berselisih akan berhadapan di dalam sarung dengan membawa badik.
Setelah badik dikeluarkan, dilarang menyelipkannya kembali sebelum menghunusnya untuk menyerang lawan.
Meski memiliki nilai budaya, praktik ini kontroversial karena dianggap berbahaya dan melanggar hak asasi manusia serta keselamatan individu.
Di zaman modern, solusi damai dan aman dalam menyelesaikan konflik lebih diutamakan daripada terlibat dalam praktik berbahaya semacam ini.
11. Omed-omedan
Asal daerah : Bali
Omed-omedan adalah tradisi di Indonesia yang berasal dari kota, juga disebut Festival Ciuman.
Biasanya dilangsungkan setelah Nyepi, hari Raya Nyepi, di desa Banjar Kaja, Sesetan, Denpasar.
Anak muda dari komunitas berkumpul, dibagi laki-laki dan perempuan, mereka berhadapan di jalan.
Dipicu oleh pendeta atau tokoh masyarakat, mereka merangkul, mencium, atau berinteraksi secara santai.
Tujuannya adalah mengusir roh jahat, menyatukan masyarakat, meskipun namanya "ciuman," interaksinya biasanya tidak berlebihan.
Tradisi ini berabad-abad lamanya, namun perhatian telah tertuju pada aspek tak pantas dan penyalahgunaan seksual.
Otoritas setempat berusaha menjaga salah satu tradisi di Indonesia ini agar aman dan bermartabat.
12. Bau Nyale
Asal daerah : Nusa Tenggara Barat (NTB)
Tradisi di Indonesia bernama Bau Nyale berasal dari Nusa Tenggara Barat (NTB), , terutama di Suku Sasak di Pulau Lombok.
Dilakukan setiap Februari atau Maret, berkaitan dengan legenda Putri Mandalika.
Dia mengorbankan dirinya ke laut untuk menghindari pertumpahan darah karena cinta berlebihan para pria.
Dalam perayaan, masyarakat mencari dan menangkap nyale (cacing laut) yang diyakini membawa keberuntungan.
Acara meriah dengan tarian, musik, lomba, dan pameran kuliner. Ini merayakan warisan budaya, mempererat ikatan sosial, dan menjaga tradisi di Indonesia.
Bau Nyale menarik wisatawan lokal dan mancanegara, tetapi menghormati adat dan lingkungan penting saat berpartisipasi.
13. Mekare-kare
Asal Daerah : Bali
Mekare-kare adalah tradisi unik di Bali, Indonesia, juga dikenal sebagai "Perang Pandan" dalam upacara Hari Raya Nyepi.
Ini melibatkan pertarungan ritual para pria muda dari dua desa dengan senjata dari daun pandan yang dikeringkan.
Pertarungan ini melambangkan pemurnian diri dari dosa dan malam selama setahun.
Para peserta memakai pakaian tradisional dan memukul lawan mereka dengan pancar pandan untuk menciptakan rasa sakit sementara.
Tradisi di Indonesia ini memperkuat persaudaraan dan solidaritas dalam komunitas, dengan latar belakang spiritual dari filosofi Tri Hita Karana yang mengedepankan keseimbangan antara manusia, alam, dan Tuhan.
Meskipun ada variasi dalam pelaksanaannya, Mekare-kare tetap menyatukan permainan fisik, spiritualitas, dan nilai budaya dalam sebuah perayaan yang bermakna.
14. Waruga
Asal daerah : Sulawesi Utara
Tradisi di Indonesia bernama Waruga di Sulawesi Utara adalah pemakaman unik dengan peti kubur batu waruga.
Waruga berbentuk persegi panjang dengan tutup berukiran motif yang mencerminkan status sosial almarhum.
Ditempatkan dalam kompleks pemakaman atau dekat rumah, Waruga menghubungkan dengan keluarga dan menjadi simbol penghormatan pada nenek moyang.
Motif ukiran mencerminkan kehidupan almarhum. Namun, tradisi ini dihadapkan pada perubahan sosial dan budaya luar.
Pelestarian dan kesadaran warisan budaya penting agar Waruga terus dihormati oleh generasi mendatang.
15. Tabuik
Asal daerah : Sumatra Barat
Tradisi di Indonesia bernama Tabuik adalah perayaan budaya di Sumatera Barat, khususnya di Kota Pariaman, untuk mengenang peristiwa Asyura dalam Islam, yakni kematian Imam Husain.
Puncak perayaan adalah pembuatan dan pemakaman replika makam Imam Husain yang disebut "Tabuik," terbuat dari bambu, kain, dan kertas.
Tabuik diarak di kota dengan tarian, musik, dan peserta mengenakan kostum meriah.
Tabuik dibawa menuju pantai untuk dihanyutkan, menggambarkan kematian dan perpisahan, sambil menghormati Imam Husain.
Tradisi ini tidak hanya berarti agama tetapi juga budaya dan sosial, mempererat ikatan komunitas dan mempertahankan warisan budaya.
16. Adu Betis
Asal daerah : Sulawesi Selatan
Tradisi di Indonesia bernama Adu Betis adalah praktik adu kekuatan dari Sulawesi Selatan, Indonesia.
Peserta, terutama pria, beradu betis dengan menendang satu sama lain.
Tradisi ini diadakan dalam acara komunitas, festival, atau perayaan.
Meskipun mencerminkan nilai-nilai keberanian dan persaingan sehat, aktivitas ini dapat berisiko cedera.
Penting untuk menjalankannya dengan kesadaran dan pengawasan yang memadai untuk mencegah cedera serius.
17. Pasola
Asal daerah: Nusa Tenggara Timur
Pasola, sebuah tradisi di Indonesia berjangka tahunan di Sumba Barat, melibatkan warga dari kampung-kampung seperti Kodi, Lamboya, Wanokaka, dan Garoa.
Ritual ini melibatkan adu ketangkasan yang menggunakan kuda dan lembing, dan menjadi bagian penting dari Pesta Adat Nyale yang diadakan untuk memohon berkah dari dewa dan leluhur menjelang panen.
Dalam Pasola, dua Ksatria Sumba akan mengendarai kuda dan saling menyerang dengan tongkat kayu.
Darah yang tertumpah di arena Pasola diyakini memberkahi tanah dan hasil panen yang melimpah.
18. Bau Nyale
Asal daerah : Nusa Tenggara Barat (NTB)
Bau Nyale adalah sebuah tradisi yang berasal dari Nusa Tenggara Barat (NTB), Indonesia. Tradisi ini terkait dengan fenomena alam ketika ribuan cacing laut Nyale muncul di perairan pantai.
Masyarakat setempat menganggapnya sebagai pertanda baik dan merayakan dengan acara besar.
Pada malam puncak acara, orang-orang berkumpul di pantai untuk menangkap cacing Nyale yang diyakini memiliki makna spiritual dan mendatangkan keberuntungan.
Tradisi ini juga mencerminkan kearifan lokal dalam menghubungkan alam dan budaya.
19. Grebeg Syawal
Asal daerah : Yogyakarta
Daerah Istimewa Yogyakarta terkenal memelihara budaya leluhur, termasuk Grebeg Syawal.
Acara ini diadakan setiap 1 Syawal untuk merayakan Idul Fitri setelah bulan puasa.
Dalam perayaan ini, Gunungan Kakung dan Gunungan Putri diarak, berisi sayuran dan hasil bumi, sebagai simbol sedekah Sultan kepada rakyat.
Masyarakat berlomba mendapatkan gunungan ini yang dianggap membawa berkah.
20. Batombe
Asal daerah : Sumatra Barat
Keterkaitan pantun dengan budaya Betawi amat kuat. Meski bukan hanya eksklusif bagi masyarakat Betawi, tetapi juga diadopsi oleh masyarakat Sumatera Barat.
Tradisi serupa tumbuh dalam masyarakat Nagari Abai, Kabupaten Solok Selatan, Sumatera Barat.
Seperti di berbagai daerah, tradisi Batombe ini adalah bentuk seni berbalas pantun yang diiringi oleh alat musik rabab.
Indonesia dengan segala kekayaan budaya dan tradisinya adalah cerminan dari semangat dan identitas bangsa. Meskipun modernisasi terus berkembang, tradisi-tradisi ini tetap menjadi bagian penting dari kehidupan masyarakat Indonesia.
Dengan menjaga dan melestarikan warisan budaya ini, generasi mendatang dapat terus menghargai dan memahami akar budaya yang membangun bangsa ini.
Editor: Sari