Dino Patti Djalal Bongkar 5 Kejanggalan Kematian Diplomat Muda Arya Daru

Wamenlu era SBY, Dino Patti Djalal ungkap kejanggalan di kematian Diplomat Kemlu Arya Daru. (Dok.Kemenlu)

PARBOABOA, Jakarta – Mantan Wakil Menteri Luar Negeri era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Dino Patti Djalal, menyoroti kasus kematian diplomat muda Indonesia, Arya Daru Pangayunan (39), yang ditemukan tewas di sebuah kamar kos di kawasan Menteng, Jakarta Pusat.

Dino mengaku sulit menerima kesimpulan bahwa Arya Daru meninggal karena bunuh diri, terlebih setelah muncul sejumlah fakta yang dinilainya janggal.

Lewat unggahan di akun Instagram pribadinya pada Sabtu (9/8/2025), Dino menyatakan bahwa pandangan tersebut bukan hanya miliknya pribadi, tetapi juga sejalan dengan keyakinan keluarga Arya Daru serta sebagian besar masyarakat.

“Saya sulit sekali menerima kesimpulan bahwa diplomat muda Arya Daru itu bunuh diri,” ujarnya.

Dino mengungkapkan lima alasan yang membuatnya meragukan dugaan bunuh diri. Pertama, cara yang diduga digunakan Arya Daru dinilainya tidak lazim.

Ia menyebut belum pernah mendengar seseorang mengakhiri hidupnya dengan melilitkan lakban di wajah. Biasanya, pelaku bunuh diri memilih metode konvensional yang relatif tidak menimbulkan rasa sakit berlebih.

Kedua, Dino menekankan bahwa Arya Daru tengah bersiap menjalani penugasan di Finlandia—negara yang dianggap sebagai salah satu destinasi favorit bagi para diplomat RI.

Sebagai sesama diplomat, Dino memahami betul antusiasme yang biasanya menyertai momen ini.

“Itu adalah awal lembaran baru dalam hidup dan karier. Sulit membayangkan seseorang mengakhiri hidup di tengah semangat seperti itu,” jelasnya.

Alasan ketiga berkaitan dengan hubungan pribadi Arya Daru dengan keluarga. Menurut Dino, orang yang memutuskan bunuh diri umumnya meninggalkan pesan untuk orang terdekat, apalagi bagi mereka yang memiliki kedekatan erat dengan pasangan dan anak-anak.

Namun, dalam kasus ini, tidak ada pesan terakhir yang ditinggalkan. “Tidak mungkin dia mau hilang begitu saja tanpa meninggalkan pesan,” kata Dino.

Keempat, Dino menyoroti hilangnya ponsel pribadi Arya Daru. Ia menyebut bahwa pelaku bunuh diri biasanya tidak akan menyembunyikan atau memisahkan diri dari ponselnya, sebab perangkat itu kerap digunakan untuk berkomunikasi atau menulis pesan terakhir.

Kelima, Dino mempertanyakan ketiadaan sidik jari orang lain di lokasi kejadian, potongan rekaman CCTV yang tidak lengkap, serta hilangnya ponsel.

Semua itu, menurutnya, menguatkan dugaan bahwa kematian Arya Daru bukanlah peristiwa biasa, melainkan indikasi pembunuhan yang direncanakan secara rapi.

“Saya mohon kasus ini tetap dibuka dan tidak ditutup secara total,” tegasnya.

Arya Daru ditemukan tewas pada Selasa (8/7) dengan kondisi wajah terlilit lakban kuning di sebuah kos di Jalan Gondangdia Kecil, Menteng, Jakarta Pusat.

Hampir sebulan setelah penemuan jasad, pihak kepolisian membeberkan hasil penyelidikan yang dilakukan tim gabungan Ditreskrimum Polda Metro Jaya.

Berdasarkan autopsi forensik, pemeriksaan histopatologi, toksikologi, dan psikologi forensik, polisi menyimpulkan bahwa Arya meninggal karena mati lemas dan tidak menemukan adanya tanda-tanda tindak pidana.

“Tidak ada peristiwa pidana,” kata Direktur Reskrimum Polda Metro Jaya, Kombes Wira Satya Triputra, pada konferensi pers Selasa (29/7).

Meski demikian, Wira memastikan penyelidikan belum dihentikan. Polda Metro Jaya tetap membuka ruang bagi pihak-pihak yang memiliki informasi atau temuan baru.

“Kami akan tetap menerima masukan apabila ada informasi,” ujar Wira.

Dengan adanya desakan dari keluarga, masyarakat, dan tokoh seperti Dino Patti Djalal, kasus ini berpotensi terus menjadi perhatian publik hingga misteri di balik kematian Arya Daru terungkap.

Editor: Norben Syukur
TAG :
Baca Juga
LIPUTAN KHUSUS